Minggu, 21 April 2013

PRE PLANNING DAN SAP PENYULUHAN TENTANG SEX EDUCATION DIKALANGAN REMAJA


PRE PLANNING
PENYULUHAN TENTANG SEX EDUCATION
DIKALANGAN REMAJA



A.    LATAR BELAKANG
Pada masa remaja terjadi perubahan dan pertumbuhan yang cepat. Pengaruh hormonal dapat menjadi penyebab ketidakstabilan emosi pada remaja. Tekanan dari teman sebaya menjadi lebih penting daru perhatian orang tua. Banyak orang tua dan remaja dapat melalui masa-masa sulit ini dengan cinta dan perhatian.
Pada remaja yang mengalami atau meras kurangnya dukungan emosional akan menimbulkan masalah-masalah emosional yang temporer atau permanen. Untuk mengkompensasi mereka mungkin mencoba-coba atau penyalahgunaan berbagai zat yang dapat menimbulkan resiko. Disamping itu selam masa remaja terjadi perubahan komplek baik fisik, emosional, kognitif dan sosial. Cepatnya perkembangan menyebabkan berbagai stress yang menimnulkan masalah dan berdampak bagi kesehatan remaja.
Seks mempunyai arti jenis kelamin sesuatu yang dapat dilihat dan ditunjuk. Jenis kelamin ini memberi kita pengertian tentang suatu sifat atau ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis. Sedangkan seksualitas menyangkut dimensi biologis, psikologis, sosial dan kultural.
Dilihat dari dimensi biologis seksualitas berkaitan dengan organ reproduksi termasuk bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksi menggunakannya secara bertanggung jawab sebagai alat untuk memperbanyak keturunan dan dalam mengekspresikan dorongan seksual. Dari dimensi psikologis seksualitas berhubungan erat dengan identitas peran, perasaan seksualitas sendiri dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai  mahkluk seksual. Dimensi sosial berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi.
Perilaku seks adalah segala bentuk aktivitas yang muncul berkaitan dengan dorongan seks, dengan atau tanpa melibatkan orang lain (pasangan) berpegangan tangan berpelukan, berciuman, saling mengesekkan alat kelamin (petting) higga berhubungan sek merupakan perilaku seks dengan melibatkan pasangan perilaku seks yang muncul tanpa melibatkan pasangan adalah masturbasi/onani


B.     TUJUAN
1.      Tujuan umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang sex education semua remaja desa Gogodalem dapat memahami tentang masalah sex education pada remaja.
2.      Tujuan khusus
Setelah selesai mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan di wilayah desa Gogodalem diharapkan remaja mampu :
·         Menjelaskan pengertian & jenis sex education
·         Mampu memahami pentingnya pengetahuan tentang sex education
·         Mampu menjelaskan kembali tentang sex education

C.    SASARAN
Semua remaja  desa Gogodalem kecamatan Bringin 

D.    MEDIA
Leaflet

E.     METODE
1.      Ceramah,
2.      Diskusi
3.      Tanya jawab

F.     WAKTU DAN TEMPAT PENYULUHAN
1.      Hari/Tanggal   : Sabtu, 16 Februari 2013
2.      Waktu             : 19.00 WIB
3.      Tempat            : Balai Pertemuan



G.    PENGORGANISASIAN
1.      Penanggung jawab program    : M. David Nugroho                           :
2.      Sekretaris                                : Ahmad Rosyid
3.      Bendahara                               : Isna Mustati’ah
4.      Sie perlengkapan                     : I Kadek Pasek Mahendra
5.      Fasilitator                                : Ismail Marzuki Hs
6.      Penyaji                                                : Ni Komang Dina Agatha
Iron Slamet Widodo
Septi Mulyasari
Wiwik Nur Widyawati
Dwi Kumalasar


H.    SUSUNAN ACARA

NO
ACARA
WAKTU
PENANGGUNG JAWAB
1
Pembukaan
19.30-19.45
Ahmad Rosyid
2
Acara inti :
·         Penyampaian materi sex education
·         Tanya jawab
19.45-21.00
Ni Komang Dina Agatha
3
Penutup dan evaluasi
21.00 – 21.15 Wib
Ahmad Rosyid


I.       KRITERIA EVALUASI
1.      Evaluasi struktur
·         Pre planning sudah siap beserta materi untuk peserta
·         Tempat dan peralatan sudah siap
·         Leflet sudah siap
2.      Evaluasi proses
·         Acara penyuluhan berjalan lancar
·         75 % undangan hadir
·         100 % peserta yang hadir dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
·         peserta aktif mendengarkan dan bertanya
·         diskusi dan tanya jawab berjalan lancar
3.      Evaluasi hasil
Peserta dapat :
·         Menjelaskan pengertian & jenis sex education
·         Mampu memahami pentingnya pengetahuan tentang sex education
·         Mampu menjelaskan kembali tentang sex education

























SATUAN ACARA PENYULUHAN



Pokok Bahasan                       : Pendidikan Kesehatan Remaja
Sub Pokok Bahasan                : Sex Education
Waktu                                     : 19.00 WIB
Tempat                                    : TPQ Gogodalem Timur

A.    TUJUAN
    1. Tujuan umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang sex education semua remaja desa Gogodalem dapat memahami tentang masalah sex education pada remaja.
    1. Tujuan khusus
Setelah selesai mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan di wilayah desa Gogodalem diharapkan remaja mampu :
1.      Menjelaskan pengertian & jenis sex education
2.      Mampu memahami pentingnya pengetahuan tentang sex education
3.      Mampu menjelaskan kembali tentang sex education

B.     METODE PELAKSANAAN
1.      Ceramah
2.      Trenya Jawab dan Diskusi
3.      Kegiatan penyuluhan

C.    KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No
Tahapan
Waktu
Kegiatan
Media
1





2








3.

Pembukaan





Pelaksanaan








Penutup





10 menit





20 menit








10 menit
Perkenalan
Penyampaian materi
Kesehatan tentang seks education


Penyampaian materi








Memberikan kesempatan kepada remaja untuk menanyakan materi yang dijelaskan
Mengklarifikasi kembali materi

Leaflet
Power point


D.    METODE
Metode yang digunakan adalah ceramah diikuti dengan diskusi tanya jawab seputar materi

E.     EVALUASI
1. Standar persiapan
                     Persiapan alat LCD, pengeras suara dan laptop. Materi disiapkan oleh Pokja remaja
2. Standar Proses
           Proses penyuluhan dilaksanakan dengan ceramah terlebih dahulu, Komunikasi dua arah dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab. Remaja diminta memberikan tanggapan tentang materi yang telah diberikan.



3. Standar Hasil
           Remaja merespon terhadap materi yang telah diberikan. Remaja mengerti tentang perilaku seks yang sehat, dan remaja mempunyai komitmen untuk tidak melakukan hubungan seks pranikah.

F.     DAFTAR PUSTAKA
Sahaja, Lentera. Panduan Konseling Seksualitas Remaja, PKBI. Yogyakarta, 2000


























Lampiran

DEFINISI REMAJA


Remaja adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang berada diantara masa anak-anak dan masa remaja. Orgnisasi kesehatan sedunia (WHO) menetapkan bahwa batasan usia remaja adalah 10-24 tahun. Pada rentan usia ini seseorang mengalami perubahan baik fisik maupun psikis. Tanda bahwa seseorang telah memasuki usia remaja adalah menrche ( menstruasi yang pertama) untuk perempuan dan pollutio (mimpi basah pertama) untuk laki-laki. Sedangkan perubahan psikis yang terjadi adalah perubahan cara berfikir, emosi, kepribadian, dan nilai-nilai (moral, sosial, dll) Perubahan pada saat remaja ini sering disebut sebagai masa pubertas.
Pubertas terjadi karena tubuh mulai memproduksi hormon-hormon reproduksi sehingga organ-organ reproduksi mulai berfungsi. Hormon-hormon ini juga berperan dalam perubahan fisik dan psikis remaja. Pada perempuan perubahan fisik ditandai dengan tumbuhnya payudara, suara menjadi lembut, tumbuh rambut di ketiak dan kemaluan, bentuk tubuh menjadi berlekuk, dan kulit menjadi lebih halus.perubahna psikis yang terjadi misalnya ingin lebih diperhatikan perasaan menjadi lebih sensitif, dan mulai tertarik secara seksual pada lawan jenis.
Pada laik-laki perubahan fisik ditandai dengan tumbuhnya jakun suara membesar, tumbuh rambut di ketiak dan kemaluan otot menguat, serta tumbuh kumis dan jenggot perubahan secara psikis ditandai antara lain oleh keinginan untuk lebih mandiri diakui kedewasaannya, ingin tahu dan mencoba segala hal dan tertarik secara seksual pada lawan jenis.

A.    SEKS DAN SEKSUALITAS

Seks mempunyai arti jenis kelamin sesuatu yang dapat dilihat dan ditunjuk. Jenis kelamin ini memberi kita pengertian tentang suatu sifat atau ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis. Sedangkan seksualitas menyangkut dimensi biologis, psikologis, sosial dan kultural.
Dilihat dari dimensi biologis seksualitas berkaitan dengan organ reproduksi termasuk bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksi menggunakannya secara bertanggung jawab sebagai alat untuk memperbanyak keturunan dan dalam mengekspresikan dorongan seksual. Dari dimensi psikologis seksualitas berhubungan erat dengan identitas peran, perasaan seksualitas sendiri dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai  mahkluk seksual. Dimensi sosial berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi.
Antar manusia bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks. Sedangkan dimensi kultural menunjukkan bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Perilaku seks adalah segala bentuk aktivitas yang muncul berkaitan dengan dorongan seks, dengan atau tanpa melibatkan orang lain (pasangan) berpegangan tangan berpelukan, berciuman, saling mengesekkan alat kelamin (petting) higga berhubungan sek merupakan perilaku seks dengan melibatkan pasangan perilaku seks yang muncul tanpa melibatkan pasangan adalah masturbasi/onani.

B.     RESIKO HUBUNGAN SEKS PADA REMAJA

Secara fisik, remaja yang melakukan hubungan seks dapat hamil dan terkena penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS
Secara psikologis remaja merasa bersalah atau berdosa trauma, sulit melepaskan diri dari pasangan karena merasa kehilangan keperawanan, kehilangan dukungan sosial dari keluarga, teman, dan lingkungan
Jika kemudian si remaja hamil dan dia tidak siap menanggung akibat kehamilan tidak diinginkan tersebut seperti dikeluarkan dari sekolah terpaksa menikah mendapat cap buruk dari masyarakat atau menjadi orang tua tunggal sebagian besar remaja memilih untuk tidak melanjutkan kehamilannya (aborsi) aborsi pada remaja inilah yang sampai saat ini menjadi penyebab utama tingginya angka kematian ibu.

C.    MENGAPA BANYAK PERSOALAN SEKSUALITAS MUNCUL DI USIA REMAJA

persoalan seksualitas muncul karena pembicaraan seksualitas masih dianggap tabu. Sehingga informasi seksualitas yang lengkap dan benar menjadi sangat terbatas untuk remaja. Remaja tidak tahu akibat dari pilihan dan perilaku seksnya. Mereka juga tidak tahu harus bertanya kepada siapa di saat mengalami masalah seputar seksualitas.
Tidak adanya dukungan kebijakan yang mempertimbangkan kepentingan, kebutuhan, dan partisipasi remaja juga menjadi salah satu penyebab banyaknya persoalan seksualitas dikalangan remaja. Belum lagi dengan berbagai penilaian negatif masyarakat terhadap keberadaan mereka.
  

D.    BAGAIMANA MEMBANTU MEREKA

Untuk membantu remaja menyelesaikan masalahnya secara bertanggung jawab diperlukan keberpihakan terhadap remaja yang muncul dalam bentuk pemhaman. Empati, dan dukungan kepada remaja. Sebagai individu yang sedang mengalami berbagai perubahan alami remaja membutuhkan seseorang yang mampu menerima memahami, mengerti, dan mendukung dirinya sehingga mereka dapat terhindar dari berbagai perilaku negatif yang merugikan dirinya sendiri, keluarga maupun lingkungannya.
Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis.
Orang pasti akan menganggap tabu jika membicarakan tentang seks, dianggapnya sex education akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks (sex education) seolah sebagai suatu hal yang vulgar.

Pendidikan seks (sex education) adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.
Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya.
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya “sex education” sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya sex education maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja.


Ada beberapa hal mengenai Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja, diantaranya yaitu:
• Untuk mengetahui informasi seksual bagi remaja
• Memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas
• Memiliki kesadaran akan fungsi-fungsi seksualnya
• Memahami masalah-masalah seksualitas remaja
• Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksualitas
Selain itu ada dua faktor mengapa pendidikan seks (sex education) sangat penting bagi remaja. Faktor pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.
Faktor kedua, dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang sex education ini, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
Ada beberapa pendapat yang bilang, ”sex education” memang pantas dimasukkan dalam kurikulum di sekolah menengah, apalagi siswa pada ini adalah masa pubertas. Pendidikan Seks ”Sex education” sangat perlu sekali untuk mengantisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari dampak-dampak negatif lainnya.
Mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya pendidikan seks karena banyak kasus pergaulan bebas muncul di kalangan remaja dewasa ini. Kalau kita berbicara tentang pergaulan bebas, hal ini sebenarnya sudah muncul dari dulu, hanya saja sekarang ini terlihat semakin parah. Pergaulan bebas remaja ini bisa juga karena dipicu dengan semakin canggihnya kemajuan teknologi, juga sekaligus dari faktor perekonomian global. Namun hanya menyalahkan itu semua juga bukanlah hal yang tepat. Yang terpenting adalah bagaimana kita mampu memberikan pendidikan seks (sex education) kepada generasi muda.




1 komentar:

PERAWAT Malaikat Tak Bersayap

apakabar sahabat ikhlasku hari ini, saya belajar dari porfesi yang sangat mulia. PERAWAT   saya tahu diantara dari mereka memilih pro...