Minggu, 20 Januari 2013

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN TUBERCULOSIS (TBC) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KAB. SEMARANG


LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA
DENGAN TUBERCULOSIS (TBC) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO
KAB. SEMARANG






DISUSUN OLEH :
M. DAVID NUGROHO                         (01014330)




PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN
SEMARANG
2013







TINJAUAN TEORI

A.      Konsep Dasar Keluarga
1.    Definisi
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie, 1998) dalam Mubarak, dkk. (2009: 67). Depkes R.I (1988) dalam Setiadi (2008: 3), mendefinisikan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yaitu terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tingggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 1), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya(1989) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 179), keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Menurut Spredley dan Allender (1996) dalam Firmansyah (2009), keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga  mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interaksi sosial, peran dan tugas.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh pertalian darah, kelahiran, perkawinan dan adopsi yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan yang mempunyai peran masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
2.      Karakteristik Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009: 68) karakteristik keluarga adalah :
a.       Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungn darah, perkawinan, atau adopsi.
b.      Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain.
c.       Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial, sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik.
d.      Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.



3.      Tipe Keluarga
            Tipe keluarga menurut Suprajitno (2004: 2) bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan adalah :
a.       Secara tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1)        Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2)        Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
b.      Secara modern
Sesuai dengan perkembangan social, maka tipe keluarga berkembang mengikutinya, diantaranya menurut Mubrak, dkk.(2009 : 70-71) adalah :



1)        Traditional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam suatu rumah ditetapkan oleh sanksi – sanksi legal dalm suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya  dapat bekerja diluar rumah.
2)        Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan anak – anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun dari hasil perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
3)        Niddle Age atau Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah  atau kedua – duanya bekerja dirumah, anak – anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan atau meniti karier.
4)        Dyadic  Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.
5)        Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak – anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
6)        Dual carier
Suami istri atau keduanya  orang karier dan tanpa anak.
7)        Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu – waktu tertentu.
8)        Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak ada keinginan untuk kawin.

9)        Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10)    Institusional
Anak – anak atau orang – orang dewasa tinggal dalam suatu panti – panti.
11)    Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak – anaknya dan bersama – sama dalam penyediaan fasilitas.
12)    Group Marriage
Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak – anak.
13)    Unmarried parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, dan kemudian anaknya diadopsi.
14)    Cohibing coiple
Dua orang atau suatu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
15)    Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

4.      Struktur Keluarga
Menurut Setiadi (2008: 6-7) struktur keluarga terdiri dari bermacam – macam, diantaranya adalah :
a.    Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis bapak.
b.    Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis ibu.
c.    Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara istri.
d.    Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara suami.
e.    Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan – hubungan dengan suami istri.


5.      Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 13), secara umum fungsi keluarga adalah sebagi berikut :
a.       Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b.      Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c.       Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d.      Fungsi ekonomi (the economic function) adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e.       Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
6.      Tugas Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1998) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 185-186), keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
a.    Mengenal masalah kesehatan keluarga
 Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal masalah kesehatan dan perubahan – perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b.    Membuaat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah  kesehatan yang dialaminya, perawat harus mengkaji hal-hal sebagai  berikut :
1)      Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.
2)      Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
3)      Apakah keluarga merasa menyerah terhada masalah yang dialaminya.
4)      Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit
5)      Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan.
6)      Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
7)      Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
8)      Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
c.    Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan pada keluarganya yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal berikut ;
1)      Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplokasi, prognosis dn perawatannya)
2)      Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3)      Keberadaan fasillitas yang diperlukan untuk perawatan.
4)      Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab, sumber keuangan atau financial, fasilitas fisik, dan psikososial).
5)      Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d.   Memodifikasi lingkungan keluarga atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit, dan sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.
e.    Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat bagi keluarga
7.      Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duvall (1985) dalam Setiadi (2008: 14-18), tahap perkembangan keluarga adalah :
a.    Keluarga baru (Bergaining Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1)        Membina hubungan intim yang memuaskan.
2)        Menetapkan tujuan bersama.
3)        Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
4)        Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5)        Persiapan menjadi orang tua.
6)        Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan, dan menjadi orang tua).
b.    Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan tahap ini antara lain :
1)        Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual, dan kegiatan).
2)        Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3)        Membagi peran dan tanggung jawab.
4)        Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5)        Konseling KB post partum 6 minggu.
6)        Menata ruang untuk anak.
7)        Memfasilitasi role bearing.
8)   Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c.    Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini anatra lain : 
1)        Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2)        Membantu anak bersosialisasi
3)        Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
4)        Pembagian waktu, individu, pasangan, dan anak.
5)        Pembagian tanggung jawab.
6)        Merencanakan kegiatan dan waktu simulasi tumbuh dan kembang anak.
d.   Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1)        Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas.
2)        Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3)        Menyediakan aktivitas untuk anak.
4)        Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.
5)        Memnuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e.    Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1)        Perkembangan tahap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab).
2)        Memelihara komunitas terbuka (cegah gep komunikasi).
3)        Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4)        Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memnuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f.     Keluarga dengan anak dewasa (anak satu meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1)        Memperluas keluarga inti menjadi kelurga besar.
2)        Mempertahankan keintiman .
3)        Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.
4)        Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5)        Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.
g.    Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1)        Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial dan waktu santai.
2)        Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua.
3)        Keakraban dengan pasangannya.
4)        Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluaraga.
5)        Persiapan masa tua atau pensiun.
h.    Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini antara lain :
1)        Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
2)        Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3)        Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4)        Melakukan life review masa lalu.

B.       Konsep Keperawatan Keluarga
1.      Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Setiadi, 2008: 25-26). Perawatan kesehatan keluarga adalah perawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya yang dilakukan oleh seorang perawat yang profesional dengan proses keperawatan yang berpedoman pada standart praktik keperawatan dengan berlandaskan etik dan etika keperawatan dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Setiadi, 2008: 26). Sedangkan menurut Suprajitno (2004: 27) asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan keluarga adaah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan melalui praktik keperawatan keluarga yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
2.      Tujuan
Menurut Suprajitno (2004: 27-28) tujuan keperawatan keluarga terdiri dari :
a.         Tujuan umum
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri

b.         Tujuan khusus
1)      Mengenal masalah kesehatan keluarga
2)      Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga
3)      Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau yang membutuhkan bantuan sesuai dengan kemampuan keluarga.
4)      Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga  (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatan keluarga
5)      Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya: puskesmas, puskesmas pembantu, kartu sehat dan posyandu untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
3.      Sasaran
Menurut Suprajitno (2004: 28) sasaran dari asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga- keluarga yang rawan kesehatan yaitu: keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri.
4.      Tahap-tahap proses keperawatan keluarga
Tahap-tahap proses keperawatan keluarga menurut Setiadi (2008: 45-46) adalah sebagai berikut :

a.    Pengkajian
Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan daata dari berbagai sumber untuk mengevaluasi daan memodifikasi status kesehatan .
b.    Perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga mengenai masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
c.    Penyusunan perencanaan keperawatan keluarga
Perencanaan adalah senagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujun perawatan (jangka panjang atau jangka pendek), penetapan standart dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga.
d.   Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga
Tindakan adalah pengeolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
e.    Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga mencapai tujuan.





5.      Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan keluarga
Menurut Mubarak,dkk (2010: 74-75) peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga antara lain :
a.    Pendidik (educator)
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertnggungjawab terhadap masalah kesehatan keluarganya.
b.    Koordinator
Praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan yang umum, menyeluruh, daan berlanjut.
c.    Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung
d.   Pengawas kesehatan
e.    Konsultan atau penasehat
f.     Kolaborasi
Perawat keluarga juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
g.    Advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk melindungi hak keluarga.


h.    Fasilitator
Peran perawat disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat kesehatannya.
i.      Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.
j.      Modifikasi lingkungan
Peraawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.

C.      Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut Nursalam (2005: 34), pada dasarnya tumbuh kembang mempunyai prinsip yang berlaku secara umum yaitu : tumbuh kembang merupakan suatu proses terus-menerus dari konsepsi sampai dewasaPola tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya kecepatannya dapat berbeda; Proses tumbuh kembang dimulai dari kepala ke seluruh anggota badan, misalnya mulai melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri dan seterusnya.



1.      Pertumbuhan
a.       Pengertian
Pertumbuhan merupakan suatu peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dengan meter atau sentimeter untuk tinggi badan dan kilogram atau gram untuk berat badan (Marlow (1988) dalam Supartini (2004: 49).
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) pertumbuhan adalah proses bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh.
Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif atau dapat diukur, aspek peningkatan ukuran fisik individu sebagai hasil peningkatan dalam jumlah sel (Potter and Perry, 2005 : 637).
Nursalam (2005: 32)  mendefinisikan pertumbuhan sebagai  bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga bertambah besarnya sel.
b.      Ciri-ciri pertumbuhan
Menurut Soetjningsih (2002) dalam Nursalam (2005: 32), pada umumnya pertumbuhan mempunyai ciri tertentu yaitu :
1)        Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.
2)        Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder, dan perubahan lainnya.
3)        Kecepatan perumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa tertentu, yaitu masa prenatal, bayi, dan adolesensi, di mana terjadi pertumbuhan cepat dan masa prasekolah dan masa sekolah, di mana pertumbuhan berlangsung lambat.
c.       Pertumbuhan anak masa prasekolah (usia 2-6 tahun)
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010: 2-4) berat badan anak akan bertambah 2-3 kg/tahun, tinggi badan anak setelah usia 7 tahunbertambah 5 cm/tahun, pertumbuhan gigi susu sebanyak 20 buah yang lengkap tumbuh pada umur 2,5 tahun.
2.      Perkembangan
a.       Pengertian
Menurut IDAI (2000) dalam  Nursalam (2005: 33), perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/ fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel jaringan tubuh, organ-organ dan sistem – sistemnya  yang terorganisasi.
Perkembangan adalah aspek progresif adaptasi terhadap lingkungan yang bersifat kualitatif (Potter dan Perry, 2005: 637).
Supartini (2004: 49) mendefinisikan perkembangan sebagai suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya.
b.      Teori Perkembangan
1)      Teori perkembangan psikososial (Erikson) dalam Wong (2008: 117-118)
a)      Percaya vs tidak perrcaya (lahir-1 tahun /bayi)
Pembentukan rasa percaya dasar ini mendominasi tahun pertama kehidupan dan menggambarkan semua pengalaman kepuasan anak pada usia ini. Rasa tidak percaya terjadi jika pengalaman yang meningkatkan tidak terpenuhinya rasa percaya atau jika kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat.
b)      Autonomi vs malu-malu dan ragu-ragu (usia 1-3 tahun)
Perkembangan autonomi selama periode todler berpusat pada peningkatan kemampuan anak untuk mengendalikan tubuh mereka, diri mereka, dan lingkungan mereka. Perasaan negatif seperti ragu dan malu muncul ketika anak-anak diremehkan. Hasil yang diharapkan adalah kontrol diridan ketekunan.
c)      Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indra dan membentuk suara hati. Terkadang mereka memiliki tujuan untuk melakukan aktivitas yang bertentangan dengan yang dimiliki orang tua atau orang lain, dan dibuat merasa bahwa aktivitas atau imajinasi mereka merupakan hal yang buruk sehingga menimbulkan rasa bersalah.
d)     Industri vs inferioritas (6-12 tahun)
Anal-anak mau terlibat dalam tugas dan aktivitas. Mereka belajar berkompetisi dan bekerjasama dengan orang lain daan juga aturan-aturannya. Rasa inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak yang diharapkan dari mereka.
e)      Identitas vs kebingungan peran (12-18 tahun)
Remaja berusaha menyesuiakan diri dengan peran yang mereka mainkan daan mereka berharap dapat bermain dalam peran dan gaya terbaru. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan konflik inti menyebabkan terjadinya kebingungan peran. Hasil daari penguasaan yang sukses adalah kesetiaan daan ketaatan terhadap orang lain serta terhadap nilai-nilai.             
2)      Teori perkembangan psikoseksual (Freud) menurut Supartini (2004: 59-60) yaitu :
a)      Fase oral (0-11 bulan)
Ciri tahapan : aktivitas melibatkan mulut  seperti mengisap, menggigit dan mengunyah merupakan sumber utama kenikmatan.
b)      Fase anal (1-3 tahun)
Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak, yaitu selama perkembangan otot sfingter. Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya sesuai dengan keinginannya. Toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan pada periode ini.
c)      Fase falik (3-6 tahun)
Selama fase ini, genetalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mempelajari perbedaaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan mengetahui adanya perbedaan alat kelamin.
d)     Fase laten (6-12 tahun)
Pada awal fase laten, anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin perempuan, dan anak laki-laki dengan laki-laki. Selama periode laten, anak menggunakan energi fisik dan psikologis yang merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan dn pengalaman melalui aktivitas fisik maupun sosialnya.
e)      Fase genital (12-18 tahun)
Tahapan genital yaitu ketika anak mulai masuk fase pubertas, yaitu dengan adanya proses pematangan organ reproduksi dan produksi hormon seks.

                                               
c.       Perkembangan anak masa toddler
Pada tahap ini, perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Pada mulanya anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Sekitar usia enambelas bulan, anak mulai berjalan berlari dan menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Perrhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar, anak lebih banyak menyelidiki benda disekitarnyadan meniru apa yang diperbuat oleh orang lain.
d.      Pemantauan perkembangan DENVER II
Uji skrining perkembangan yang paling tua dan paling dikenal adalah Denver Developmental Screening Test (DDST) dan revisinya, DDST-R telah direvisi, distandardisasi ulang dan berganti nama Denver II (Wong, 2008: 221).
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak usia kurang dari 6 tahun berisi 125 gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi empat sektor untuk menjaring fungsi tersebut. Bidang aspek yang dinilai antara lain :
1)      Personal sosial      : penyesuaian diri terhadap masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan
2)      Motorik halus       : koordinasi mata, tangan, memainkan atau menggunakan benda-benda kecil.
3)      Motorik kasar       : duduk, jalan, melompat, dan gerakan umum otot besar.
4)      Bahasa                  : mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa.
Tanda item penilaian Denver II menurut Nursalam (2005 : 40):
a)      O = F (Fail/gagal)
Bila anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik, ibu atau pengasuh memberi laporan anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik.
b)      M = R (Refusal/menolak)
Anak menolak untuk uji coba
c)      V = P (Pass/lewat)
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik, ibu/pengasuh memberi laporan tepat/dapat dipercaya bahwa anak  dapat melakukan dengan baik.
d)     No = No opportunity
Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan , uji coba yang dilakukan orang tua.
Interpretasi dari nilai Denver II menurut Nursalam (2005 : 41) :
a)      Advanced
Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item disebelah kanan garis umur, lulus kurang dari 25% anak yang lebih tua dari usia tersebut.
b)      Normal
Bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan garis umur, lulus/gagal/menolak pada item antara 25-75% (warna putih).
c)      Caution
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item antara 75-100% (warna hijau/biru).
d)      Delay
Gagal/menolak item yang ada disebelah kiri dari garis umur.
3.      Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor. Menurut Soetjiningsih (2002) dalam Nursalam (2005: 39-41), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
a.       Faktor internal (dalam)
1)      Genetika
Faktor genetis akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksual, serta saraf, yaitu perbedaan ras, etnis atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin dan kelainan kromosom.
2)      Pengaruh hormon
Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin dan hormon tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi dan otak.
b.      Faktor eksternal (faktor lingkungan)
1)      Faktor pranatal (selama kehamilan)
Meliputi gizi, nutrisi ibu hamil, toksin, zat kimia, kelainan endokrin, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan psikologis ibu.

2)      Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan pada jaringan otak.
3)      Faktor pascanatal
Faktor yang mempengaruhi adalah gizi, penyakit kronis, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi, stimulasi dan obat-obatan.
Menurut Soetjiningsih (2002) dalam Nursalam (2005: 35-39) ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak, yaitu :
a.       Masa pranatal
1)      Masa embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan delapan minggu.
2)      Masa fetus yang dimulai sejak kehamilansembilan minggu sampai kelahiran pada 9 bulan masa kehamilan kebutuhan bayi tergantung pada ibu. Oleh karena itu, kesehatan ibu sangat penting untuk dijaga.

b.      Masa neonatal
Pada tahap ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh padaa masa ini, reflek-reflek primitif yang bersifat fisiologis akan muncul, seperti reflek moro, reflek menghisap dan reflek rooting yang akan menghilang dengan bertambahnyausia. Fungsi pendengaran dan penglihatan juga mulai berkembang.
c.       Masa bayi
Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat.
d.      Masa balita (1-12 bulan)
Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan pada masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Pada masa ini, anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak mengalami kebingungan.
e.       Masa prasekolah(3-5 tahun)
Pertumbuhan gigi susu sudah lengkap pada masa ini.pertumbuhan fisik juga relatif pelan, naik turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri. Anak mulai berkembang superegonya (suara hati). Anak juga mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar, menulis dan mengenal angka serta bentuk atau warna benda gelap. Pada tahap ini orang tua mulai mempersiapkan anak untuk masuk sekolah.
  
D.      Konsep Penyakit Tuberculosis dan Asuhan Keperawatan
1.      Pengertian
TB paru (Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis  yang dapat mengenai bagian paru (Hidayat, 2008: 79).
Smeltzer dan Bare (2001: 584) mendefinisikan TB paru (Tuberkulosis paru) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis.
Menurut Price dan Wilson (2005: 852) TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
2.      Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, kuman batang aerobik dan tahan asam (BTA) (Price dan Wilson, 2005: 852). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun (Judarwanto, 2009).
3.      Klasifikasi
TB (Tuberculosis) paru dalam Hidayat (2008: 79) dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :
a.       Tuberculosis paru primer yang sering terjadi pada anak. Proses ini dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuclei yaitu suatu proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli. Kemudian terjadi eksudasi dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin, makrofag ke dalam ruang alveolar.
b.      Tuberculosis pascaprimer, terjadi pada klien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosa.
4.      Patofisiologi
Penularan TBC terjadi karena individu rentan yang menghirup udara yang mengandung Mycobacterium tuberculosis. Segera setelah menghirup basil tuberkulosis hidup ke dalam paru-paru, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limpe regional melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.
Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.
Pada anak yang mengalami lesi dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer dekat pleura, tetapi banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke kalsifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen.
Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme TB dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang diak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran yang relatif padat pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa.
Masa keju dapat mencair dan Mycobacterium tuberculosis dapat berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ lainnya.
                                                           (Setiawati, dkk., 2012).






5.      Pathway






















6.      Manifestasi Klinik
Gejala TB paru menurut Wong (2008: 955) antara lain :
a.       Dapat bersifat asimptomatik atau menimbulkan bermacam-macam gejala yaitu :
1)      Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
2)      Malaise
3)      Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
4)      Penurunan berat badan atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.
5)      Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama bermingu-minggu sampai berbulan-bulan)
6)      Nyeri menusuk dan rasa sesak didada
7)      Haemoptisis
b.      Sejalan dengan perkembangan
1)      Peningkatan frekuensi napas
2)      Ekspansi paru buruk pada tempat yang sakit
3)      Bunyi napas hilang dan ronki kasar
4)      Pekak pada saat perkusi
5)      Demam persisten
6)      Pucat, anemia, kelemahan dan penurunan berat badan.
7.    Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk TB menurut Sulaifi (2010) adalah sebagai berikut :
a.    Uji Mantoux atau Tuberkulin
Ada 2 macam tuberkulin yaitu Old tuberkulin dan Purified Protein Derivat (PPD). Caranya adalah dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan bawah.  Hasilnya dapat dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Berniai positif jika indurasi lebih dari 10 mm pada anak dengan gizi baik atau lebih dari 5 mm pada anak dengan gizi buruk.
b.    Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan lebih dari 5 mm, maka anak dicurigai terinfeksi Mycobaterium tbc.
c.     Laju Endap Darah
Pada TB, terdapat kenaikan Laju Endap Darah (LED).
d.    Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan BTA pada anak dilakukan dari bilasan lambung karena sulitnya menggunakan hasil dahak.
e.     Pemeriksaan BTA cara baru seperti: PCR (Polymerase Chain Reaction), Bactec, ELISA, PAP dan Mycodots masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis

f.     Pemeriksaan radiologis
1)   Gambaram x-foto dada pada TB paru tidak khas
2)   Paling mungkin kalau ditemukan pembesaran kelenjar hilus dan kelenjar paratrakeal.
3)   Foto lain : milier, atelektasis, infiltrat, bronkiektasis, efusi pleura, konsolidasi, destroyed lung dan lain-lain.
8.    Komplikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 588) komplikasi TB mencakup :
a.  Malnutrisi
b.  Efek samping terapi obat-obatan : hepatitis, ruam kulit, gangguan gastrointestinal.
c.  Resistensi banyak obat
d. Penyebaran infeksi TB (TB miliaris)
9.    Penataaksanaan
a.       Penatalaksanaan medis
Obat harus diminum teratur, setiap hari, dan dalam waktu yang cukup lama. Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan. Menurut Setiawati, dkk. (2012) secara garis besar dapat dibagi menjadi tata laksana untuk :
1)      TB Paru tidak berat
Pada TB paru yang tidak berat cukup diberikan 3 jenis obat anti b tuberkulosis (OAT) dengan jangka waktu terapi 6 bulan. Tahap intensif terdiri dari isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pyrazinamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ). Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)  selama 4 bulan diberikan setiap hari (4HR).
2)      TB paru berat atau TB ekstrapulmonal
 Pada TB berat (TB milier, meningitis, dan TB tulang) maka juga diberikan Streptomisin atau Etambutol pada permulaan pengobatan. Jadi pada TBC berat biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan Isoniazid dan Rifampisin selama 10 bulan lagi atau lebih, sesuai dengan perkembangan klinisnya. Kalau ada kegagalan karena resistensi obat, maka obat diganti sesuai dengan hasil uji resistensi, atau tambah dan ubah kombinasi OAT.
Obat anti Tuberculosis yang digunakan adalah :
1)      Isoniazid (INH) : selama 6-12 bulan
a)      Dosis terapi                  : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
b)      Dosis profilaksis           : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
c)      Dosis maksimum           : 300 mg/hari
2)      Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan
a)      Dosis                            : 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari
b)      Dosis maksimum           : 600 mg/hari

3)      Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama
a)      Dosis                            : 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari
b)      Dosis maksimum           : 2 gram/hari
4)      Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama
a)      Dosis                            : 15-20 mg/kgBB/hari  diberikan sekali atau 2 kali sehari
b)      Dosis maksimum           : 1250 mg/hari
5)      Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama
a)      Dosis                            :  15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra muskular
b)      Dosis maksimum           : 1 gram/hari
Kortikosteroid diberikan pada keadaan khusus seperti : Tb milier, meningitis Tb, endobronkial Tb, pleuritis Tb,  perikarditis Tb, peritonitis Tb. Boleh diberikan prednison 1-2 mg/kg BB/hari selama 1-2 bulan
b.      Penatalaksanaan perawatan
Penatalaksanaa perawatan untuk klien ditujukan agar :
1)      Klien dapat mempertahankan jalan napas dengan mengeluarkan secret tanpa bantuan.
2)      Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
3)      Kebutuhan istirahat tidur klien dapat terpenuhi
4)      Klien dapat beraktivitas secara efektif/
5)      Klien dapat lebih mendapatkan pengetahuan tentang TB
6)      Klien tidak terjadi infeksi terhadap penyebaran penyakitnya ke organ lain.
10.  Asuhan Keperawatan
a.       Pengkajian
Pengkajian keluarga dilakukan dengan mengidentifikasi data demografi, data sosial kultural, data lingkngan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress, koping serta perkembangan keluarga (Mubarak, 2009: 95).
Pengkajian terhadap individu/anak dengan TB paru dapat ditemukan adanya batuk disertai dahak atau tanpa dahak lebih dari dua minggu, malaise, demam yang ringan, adanya tanda terkena flu, adanya nyeri dada, dan batuk darah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya konsolidasi, terdapat fremitus yang mengeras, perkusi redup, suara napas yang bronkhial dan atau tanpa ronki, adanya tanda penarikan paru, diafragma, mediastinum atau pleura dada yang tidak simetris, adanya pergerakan napas yang tertinggal, adanya suara amforik pada daerah bronkus, adanya ronchi basah dan kering pada sauran napas (Hidayat, 2008: 81).
b.      Diagnosa dan intervensi
1)      Kerusakan pertukaran gas (Carpenito, 2006: ) yaitu keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida) yang actual (atau dapat mengalami potensial) antara alveoli paru-paru dan system vaskuler berhubungan dengan :
a)   Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b)   Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c)   Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d)  Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
e)   Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan umum : kerusakan pertukaran gas dapat diatasi
Tujuan khusus:
(1)   Keluarga mampu mengetahui masalah kesehatan keluarga
Intervensi :
(a)    Kaji pengetahuan keluarga tentang kerusakan pertukaran gas.
(b)   Jelaskan  proses terjadinya kerusakan pertukaran gas.
(c)    Berikan penyuluhan kesehatan dengan penguatan hal-hal yang penting dalam perawatan untuk mengatasi kerusakan pertukaran gas.
(2)   Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat
Intervensi :
(a)    Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pentingnya membuat keputusan yang tepat untuk mengatasi kerusakan pertukaran gas.
(b)   Jelaskan tentang cara membuat keputusan yang tepat untuk mengatasi kerusakan pertukaran gas.
(c)    Ajarkan cara membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kerusakan pertukaran gas.
(d)   Diskusikan apa yang menjadi kendala dalam membuat keputusan.
(3)   Keluarga mampu memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Intervensi :
(a)    Beri penjelasan bagaimana cara member perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(b)   Jelaskan pentingnya perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(c)    Ajarkan cara memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(4)   Keluarga mampu memodifikasi rumah yang sehat
(a)    Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang bagaimana cara memodifikasi rumah sehat.
(b)   Jelaskan pentingnya rumah sehat.
(c)    Ajarkan memodifikasi rumah sehat.
(5)   Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
(a)    Kaji pengetahuan keluarga tentang kerusakan pertukaran gas.
(b)   Jelaskan kerugian jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
(c)    Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang ada.
(d)   Ajarkan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada seoptimal mungkin..
2)      Bersihan jalan napas tidak efektif (Nanda, 2009-2011: 356) adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas berhubungan dengan:
a)      Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
b)      Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c)      Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d)     Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
e)      Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan umum : Mempertahankan jalan nafas pasien, dengan  bunyi nafas bersih dan jelas.
Tujuan khusus     :
(1)   Keluarga mampu mengetahui masalah kesehatan keluarga
Intervensi:
(a)    Kaji pengetahuan keluarga tentang bersihan jalan nafas tidak efektif.
(b)   Jelaskan proses terjadinya bersihan jalan nafas tidak efektif.
(c)    Auskultasi bunyi nafas, catat adanya mengi, ronhi, krekels.
(d)   Beri penyuluhan kesehatan dengan penguatan hal-hal yang penting dalam perawatan untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
(2)   Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat
Intervensi :
(a)    Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pentingnya membuat keputusan yang tepat untuk mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif.
(b)   Jelaskan tentang cara membuat keputusan yang tepat untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
(c)    Ajarkan cara membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah bersihan jalan nafas.
(d)   Diskusikan apa yang menjadi kendala dalam membuat keputusan.
(3)   Keluarga mampu memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Intervensi:
(a)    Beri penjelasan bagaimana cara memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(b)   Jelaskan pentingnya perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(c)    Ajarkan cara memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(d)   Ajarkan batuk efektif.
(4)   Keluarga mampu memodifikasi rumah yang sehat.
Intervensi:
(a)    Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang bagaimana cara memodifikasi rumah sehat.
(b)   Jelaskan pentingnya rumah sehat
(c)    Ajarkan memodifikasi rumah sehat.
(d)   Pertahankan kelembaban udara inspirasi adekuat.
(5)   Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Intervensi :
(a)    Kaji pengetahuan keluarga tentang bersihan jalan nafas tidak efektif.
(b)   Jelaskan tentang kerugian jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
(c)    Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang ada.
(d)   Ajarkan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan seoptimal mungkin.
3)      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Wilkinson, 2006: 317) merupakan keadaan dimana individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik berhubungan dengan :
a)      Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
b)      Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c)      Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d)     Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
e)      Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan Umum         : menunjukkan peningkatan berat
badan menuju tujuan yang tepat.
Tujuan Khusus        :
(1)   Keluarga mampu mengetahui masalah kesehatan
Intervensi :
(a)    Kaji tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian nutrisi yang tepat.
(b)   Jelaskan factor-faktor penyebab kebutuhan nutrisi yang kurang.
(c)    Jelaskan pentingnya pemberian nutrisi yang tepat
(d)   Evaluasi kemampuan untuk memproses dan menyiapkan makanan, keuangan, transportasi, mobilitas, dan keterampilan manual.
(2)   Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat
Intervensi :
(a)    Kaji pengetahuan dalam membuat keputusan tentang pemberian nutrisi yang tepat
(b)   Jelaskan pentingnya pengambilan keputusan tentang pemberian nutrisi yang tepat.
(c)    Ajarkan keluarga untuk membuat keputusan dalam pemberian nutrisi yang tepat.
(d)   Negosiasikan dengan keluarga tujuan masukan untuk setiap kali makan dan makan makanan kecil.
(3)   Keluarga mampu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Intervensi :
(a)    Kaji tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian perawatan pada anggota keluarga dengan gangguan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh.
(b)   Anjurkan untuk menghidangkan makanan hangat dan sesuai selera.
(c)    Bantu dalam menentukan nutrisi yang tepat
(d)   Aajarkan keluarga dalam memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
(4)   Keluarga mampu mempertahankan rumah yang sehat
Intervensi :
(a)    Kaji pengetahuan keluarga dalam memodifikasi rumah yang sehat.
(b)   Jelaskan tentang manfaat rumah yang sehat.
(c)    Bantu dalam memodifikasi rumah yang sehat
(5)   Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Intervensi :
(a)    Jelaskan tentang kegunaan fasilitas kesehatan
(b)   Jelaskan tentang kerugian jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatanyang ada
(c)    Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang ada
(d)   Anjurkan untuk timbang berat badan setiap hari ditempat pelayanan kesehatan yang terdekat.
4)      Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain (Carpenito, 2006 : 244) yaitu keadaan dimana seorang  individu beresiko menyebarkan agens-agens pathogen atau oportunistik kepada orang lain berhubungan dengan :
a)      Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
b)      Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c)      Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d)     Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
e)      Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan Umum          : keluarga mampu mencegah penyebaran
infeksi pada orang lain.
Tujuan Khusus         :
(1)   Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga
Intervensi :
(a)    Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyebaran infeksi TB pada orang lain.
(b)   Jelaskan factor resiko yang terkait infeksi
(c)    Jelaskan cara penularan TB terhadap orang lain.
(d)   Berikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penularan penyakit TB.
(2)   Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat
Intervensi :
(a)      Kaji pengetahuan keluarga tentang cara membuat keputusan
(b)      Jelaskan tentang resiko jika tidak mengambil tindakan secepatnya untuk mencegah penyebaran infeksi.
(c)      Jelaskan resiko jika tidak membuat keputusan yang sesuai dalam mengenal penyebaran infeksi
(d)     Ajarkan cara membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah penyebaran infeksi.
(3)   Keluarga mampu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Intervensi :
(a)      Kaji tingkat pengetauan keluarga tentang terjadinya penyebaran infeksi
(b)      Jelaskan cara mencegah penyebaran infeksi
(4)   Keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.
Intervensi :
(a)    Jelaskan tentang pentingnya rumah sehat agar tidak terjadi penyebaran infeksi.
(b)   Kaji pengetahuan keluarga dalam memodifikasi rumah sehat.
(c)    Anjurkan agar rumah selalu bersih
(d)   Ajarkan tentang modifiksi rumah yang sehat
(5)   Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Intervensi :
(a)    Anjurkan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
(b)   Kaji tingkat pengetahuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
(c)    Jelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan
5)      Kurang pengetahuan (NANDA, 2009-2011: 2006) adalah ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berhubungan dengan topic tertentu berhubungan dengan :
a)      Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
b)      Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c)      Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d)     Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
e)      Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan Umum          :  keluarga mampu melakukan upaya
pencegahan TB paru
Tujuan khusus          :
(1)   Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
Intervensi  :
(a)    Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru.
(b)   Jalaskan kepada keluarga tentang penyakit TB paru
(c)    Jalaskan kepada keluarga tentang proses terjadinya TB paru dengan bahasa yang mudah dimengerti.
(d)   Jelaskan cara mencegah penyakit TB paru
(e)    Jelaskan cara mencegah serangan ulang TB paru
(2)   Keluarga mampu membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Intervensi :
(a)    Diskusikan tentang tindakan alternative yang ada untuk mencegah penyakit atau serangan ulang.
(b)   Bantu keluarga dalam mengambil tindakan yang tepat.
(c)    Ajarkan cara membuat keputusan yang tepat
(3)   Keluarga mampu member perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Intervensi :
(a)    Kaji tingkat kemampuan keluarga dalam member perawatan pada keluarga yang mengalami TB paru.
(b)   Jelaskan pada keluarga mengenai cara perawatan penyakit TB paru
(c)    Bantu keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit TB paru
(d)   Anjurkan kepada keluarga supaya pasien dapat beristirahat yang cukup.
(4)   Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sehat
Intervensi :
(a)    Kaji pengetahuan keluarga dalam menata lingkungan
(b)   Jelaskan pada keluarga cara menat a lingkungan yang sehat
(c)    Anjurkan kepada keluarga untuk menata lingkungan yang sehat
(d)   Jelaskan pentingnya rumah yang sehat
(e)    Bantu keluarga dalam memodifikasi lingkungan
(5)   Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
(a)    Kaji pengetahuan keluarga tentang cara memanfaatkan fasiitas kesehatan
(b)   Jelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
(c)    Beritahu keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
(d)   Anjurkan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan
(e)    Jelaskan kerugian jika tidak menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

1 komentar:

PERAWAT Malaikat Tak Bersayap

apakabar sahabat ikhlasku hari ini, saya belajar dari porfesi yang sangat mulia. PERAWAT   saya tahu diantara dari mereka memilih pro...