Senin, 11 Juni 2012

ASKEP EPILEPSI


BAB II

KONSEP DASAR

A.    KONSEP MEDIS
1.      Definisi
Epilepsi adalah gejala kompleks dan banyak gangguan fungsi otak berat yang dikarakteristikkan oleh kejang yang berulang.
( Smeltzer, 2002 ; 2003 )
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala – gejala yang datang dalam serangan berulang yang disebabkan lepasnya muatan listrik abnormal sel otak yang bersifat reverseble dengan berbagai etiologi
( Mansjoer, 2000 : 27 )
Epilepsi adalah kelainan kejang akibat pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf kontek serebral yang ditandai dengan serangan tiba – tiba terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, gangguan fenomena sensori
( Dengoes, 2000 : 259 )
Epilepsi adalah bangkitan kejang akibat pelepasan muatan listrik yang berlebihan di sel saraf pusat dimana ditandai dengan terganggunya fungsi otak
( Ngastiyah, 1997 : 293 )
Epilepsi adalah kelainan kejang akibat pelepasan muatan listrik yang berlebihan sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi otak

B.     ETIOLOGI

1.      Faktor fisiologis
2.      Faktor biokimia
3.      Faktor anatomis
4.      Gabungan dari faktor fisiologis, biokimia dan anatomis
( Depkes, 1995 : 83 )

Penyebab dari epilepsi antara lain :
1.      Trauma lahir
2.      Asphixia neonatrum
3.      Cidera kepala
4.      Beberapa infeksi
5.      Keracunan
6.      Gangguan metabolisme dan nutrisi
7.      Intoksikasi obat – obatan
( Smeltzer, 2002 : 2203 )

C.    PATHOFISIOLOGI

Gejala yang timbul akibat serangan epilepsi sebagaian besar otak mengalami kerusakan berat atau ringanya gangguan tersebut tergantung dari lokasi dan keadaan patologinya. Bila terjadi lesi pada bagian otak tengah, thalamus dan kontkes serebri kemungkinan bersifat epileptogenik sedangkan lesi pada serebellum dan batang otak biasanya tidak mengakibatkan serangan epileptik.
Serangan epileptik terjadi karena adanya pelepasan muatan listrik yang berlebihan di neuron – neuron di susunan saraf pusat yang terlokalisir pada neuron tersebut. Dalamnya gangguan keseimbangan antara proses aksesif atau eksitasi dan inhibisi pada interaksi neuron. Hal ini juga disebabkan gangguan pada sel neuron sendiri atau transmisi sinaptiknya. Transmisi sinaptiknya oleh neuro transmiter yang bersifat eksitasi. Inhibisi dalam keadaan gangguan keseimbangan akan mempengaruhi polarisasi sel dimana pada tingkat membran sel maka neuron epileptik ditandai oleh proses biokimia tertentu ; yaitu ketidakstabilan membran sel saraf sehingga sel mudah diaktifkan. Neuron hipersensitifitas dengan menurun sehingga mudah terangsang serta dapat menyebabkan kejang atau memungkinkan terjadinya polarisasi yang berlebihan atau hiperpolarisasi atau terhentinya repolarisasi karena perbedaan potensial listrik lapisan intra sel dan ekstra sel
Neurotransmiter yang bersifat inhibisi akan menimbulkan keadaan depolarisasi yang akan melepaskan muatan listrik secara berlebihan yaitu asetiolin, roradrenalin, dopamen, 5 hidroksitriptomin
Penyebaran epileptik di neuron ke bagian otak lain terjadi oleh gangguan pada kelompok neuron inhibitor yang berfungsi menahan pengaruh neuron lain, sehingga terjadi sinkronisasi dan aktifikasi yang berulang – ulang terjadi perluasan sirkuit kortino kartikal melalui serabut asosiasi atau ke kontralateral malalui koposkolosom profeksi thalonokortikal difusi. Penyebaran ke seluruh ARAS sehingga klien kehilangan kesadaran atau gangguan pada formatio retikularis sehingga sistim motovis kehilangan kontrol normalnya dan menimbulkan kontraksi otot polos.                                 
                                                                         ( Depkes, 1995 ; 83 )

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.      Kehilangan kesadaran
2.      Aktivitas Motorik
a.      Tonik klonik
b.      Gerakan sentakan, tepukan atau menggarau
c.       Kontraksi singkat dan mendadak disekelompok otot
d.      Kedipan kelopak mata
e.       Sentakan wajah
f.       Bibir mengecap – ecap
3.      Kepala dan mata menyimpang ke satu sisi
4.      Fungsi pernafasan
a.      Takipnea
b.      Apnea
c.       Kesulitan bernafas
d.      Jalan nafas tersumbat
                                                                         ( Tucker, 1998 : 432 )    
E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Elektrolit, tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada aktivitas kejang
2.      Glukosa, hipolegikemia dapat menjadi presipitasi ( percetus ) kejang
3.      Ureum atau creatinin, meningkat dapat meningkatkan resiko timbulnya aktivitas kejang atau mungkin sebagai indikasi nefrofoksik yang berhubungan dengan pengobatan
4.      Sel darah merah, anemia aplestin mungkin sebagai akibat dari therapy obat
5.      Kadar obat pada serum : untuk membuktikan batas obat anti epilepsi yang teurapetik
6.      Fungsi lumbal, untuk mendeteksi tekanan abnormal, tanda infeksi, perdarahan
7.      Foto rontgen kepala, untuk mengidentifikasi adanya sel, fraktur
8.      Electro ensefalogran ( EEG ) melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi dengan baik, mengukur aktivitas otak
9.      CT scan, mengidentifikasi letak lesi serebral, infark hematoma, edema serebral, trauma, abses, tumor dan dapat dilakukan dengan atau tanpa kontras
10.  DET ( Position Emission Hemography ), mendemonstrasikan perubahan metabolik
( Dongoes, 2000 : 202 )

F.     KOMPLIKASI
1.      Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang yang berulang
2.      Dapat timbul depresi dan keadaan cemas
( Elizabeth, 2001 : 174 )

G.    PENATALAKSANAAN
1.      Atasi penyebab dari kejang
2.      Tersedia obat – obat yang dapat mengurangi frekuensi kejang yang didalam seseorang
( Elizabeth, 2001 : 174 )
3.      Pengobatan
-          Anti konvulson
-          Sedatif
-          Barbirorat
4.      Diit
-          Reguler
-          Katogenisi

5.      Operasi
-          Reseksi bagian yang mudah terangsang 
                                                                (Tucker, 1998 : 483 )

H.    KONSEP KEPERAWATAN
1.      Pengkajian data dasar
           Data dasar adalah dasar untuk mengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan perawat untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu dengan kata lain data pengkajian harus relevan ( Potter, 2005 : 144 )
           Identitas atau biodata terdiri dari tinggi atau kesiapan psikis. Pendidikan untuk mengetahui wawasan dan pengetahuan, agama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, pekerjaan untuk mengetahui status sosial ekonomi dan alamat untuk mengetahui komunitasnya
           Riwayat keperawatan sekarang didapatkan dengan pengkajian dari penyakit saat ini, riwayat kesehatan keluarga. Pada pengkajian riwayat penyakit saat ini diperoleh dengan pengumpulan data yang penting dan berkaitan tentang awitan gejala. Perawat menentukan kepan gejala timbul, apakah gejala selalu timbul atau hilang dan timbul. Perawat juga menanyakan tentang durasi gejala. Pada bagian tentang riwayat penyakit sat ini perawat mencatatkan informasi spesifik seperti letak, intentitas dan kualitas gejala
           Riwayat kesehatan masa lalu diperoleh dengan pengkajian tentang riwayat masa lalu sehingga memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien. Perawat mengkaji apakah klien dirawat dirumah sakit atau pernah menjalani operasi juga penting dalam merencanakan asuhan keperawatan adalah deskripsi tentang alergi termasuk alergi terhadap makanan, obat – obatan atau polutan. Juga terdapat pada format pengkajian. Perawat juga mengidentifikasi kebiasaan dan pola gaya hidup. Penggunaan tembakau, alkohol, kafein, obat – obatan atau medikasi yang secara rutin digunakan dapat membuat klien berisiko terhadap penyakit yang menyerang napas, paru – paru, jantung, sistem saraf, atau berfikir dengan membuat catatan tentang tipe kebiasaan juga frekuensi dan durasi penggunaan akan memberikan data yang penting
           Pengkajian pada riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentanghubungan kekeluargaan langsung dan hubungan darah. Sasarannya adalah untuk menentukan apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial dan untuk mengidentifikasi area tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Riwayat keluarga juga memberikan informasi tentang struktur keluarga, interaksi dan fungsi yang mungkin berguna dalam merencanakan asuhan, keperawatan            ( Potter, 2005 : 158 )
           Pada pola pengkajian fungsional, penulis menggunakan pola pengkajian menurut Virginia Handerson karena teory keperawatan tersebut (Handerson, 1955 ) mencakup seluruh kebutuhan dasar manusia. Handerson ( 1964 ) mengidentifikasikan keperawatan sebagai  membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya dimana individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan. Bila ia memiliki kekuatan, kemampuan dan kebutuhan. Dalam hal ini dilakukan agar dapat mengembalikan kembali kemandiriannya secepat mungkin
 ( Potter, 2005 : 159 )
           Pengkajian fisik pada kasus ini difokuskan pada sistem persyarafan dan sistem neurologis bertanggung jawab terhadap banyak fungsi, termasuk stimulus sensori, organisasi proses berfikir, kontrol bicara dan penyimpanan memori. Kebutuhan dasar menurut Virgina Handerson memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan diantaranya :
1.      Bernafas secara normal
    Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sebagai alat pembantu klien agar dapat bernafas dengan kontrol dan kemampuan mendemonstrasikan serta menjelaskan pengaruhnya kepada klien. Perawat harus waspada terhadap tanda – tanda obstruksi jalan nafas dan siap memberikan bantuan dalam keadaan tertentu
2.      Kebutuhan akan Nutrisi
    Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan, pemilihan dan penyediaan makanan, pendidikan, kesehatan akan berhasil apabila diperhatikan latar belakang kultural dan sosial klien. Untuk itu perawat harus mengerti kebiasaan, kepercayaan klien tentang nutrisi disamping nutrisi dan tumbuh kembang
3.      Kebutuhan Eliminasi
    Perawatan dasarnya meliputi semua pengeluaran tubuh, perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya. Jarak waktu pengeluaran dan frekuensi pengeluaran yang meliputi keringat. Udara yang keluar saat bernafas, menstruasi, muntah, buang air besar atau kecil
4.      Gerak dan Keseimbangan Tubuh
    Perawat harus mengetahui tentang prinsip – prinsip keseimbangan tubuh miring dan besar artinya perawat harus bisa memberikan rasa nyaman dalam semua posisi dan tidak membiarkan terbaring terlalu lama pada satu sisi. Perawat harus dapat melindungi pasiennya selama sakit dengan berhati – hati saat memindahkan dan mengangkat

5.      Kebutuhan Istirahat Tidur
    Istirahat dan tidur tergantung pada relaksasi otot, untuk itu perawat harus mengetahui tentang pergerakan badan yang baik disamping itu juga dipengaruhi oleh emosi (stress) dimana stress merupakan keadaan dimana aktivitas dan kreatifitas dianggap patologis apabila ketegangan dapat diatasi atau tak terkontrol dengan istirahat cukup.
6.      Kebutuhan Berpakaian
    Perawatan pada dasarnya meliputi membantu klien memilih pakaian yang tersedia dan membantu urutan memakainya. Perawat tidak boleh memaksakan pada klien pakaian yang tak sesuai dan disukai klien hal tersebut dapat menghilangkan rasa kebebasan klien.
7.      Mempertahankan Temperatur Tubuh atau Sirkulasi
    Perawat harus mengetahui kebutuhan fisiologi pasien dan bisa mendorong kearah tercapainya keadaaan normal maupun dengan mengubah temperatur kelembapan, pergerakan udara atau dengan menguatkan serta mengurangi aktivitasnya. Menu makanan dan pakaian yang dikenakan mempengaruhi dalam hal ini.
8.      Kebutuhan Akan Personal Higine
    Klien harus menyediakan fasilitas dan bantuan peralatan sangat dibutuhkan untuk membersihkan kulit, rambut, kuku, hidung, mulut dan giginya konsep – konsep mengeanai kebersihan berbeda tiap klien tetapi tak perlu menurunkan hanya karena sakit. Sebaliknya standart kerendah harus ditingkatkan perawat harus bisa menjaga posisinya tetap bersih terlepas dari keadaan fisik jiwa yang kotor.
9.      Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman
    Dalam keadaan sehat setiap orang bebas mengontrol keadaan sekelilingnya atau mengubah keadaan itu bila beranggapan sudah tak cocok lagi jiwa sakit sikap tersebut tidak dapat dilakukan ketidaktahuan dapat menimbulkan kekawatiran yang tak perlu baru dalam keadaan sehat atau sakit. Seorang klien mungkin mempunyai pantangan yang tak diketahui dan petugas kesehatan, kasta, adat istiadat kepercayaan dari agama mempengaruhi peraturan dasarnya meliputi melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul.
10.  Berkomunikasi Dengan Orang Lain Dan Mengekspresikan Emosi, Keinginan Rasa Takut Dan Pendapat
    Keinginan rasa takut dan pendapat dalam keadaan sehat tiap bersikap emosi tampan pada ekpresi fisik bertambah, cepatnya denyut jantun, pernafasan atau muka yang mendadak merah dinterprestaikan sebagai pernyataan jiwa atau emesi. Perawat mempunyai tugas yang kompleks baik bersifat pribadi maupun yang mengarahkan keseluruhan personalitas dalam memberi bantuan kepada klien. Perawat harus menterjemahkan dalam hubungan klien dengan temperatur dalam memasukan kesehatannya tugas terberat perawat adalah membuat klien mengerti dirinya sendiri, mengerti perubahan sikap yang memperburuk kesehatan dan menerima keadaan yang tidak dapat diubah, menciptakan lingkunagan yang teraupetik sangat membantu dalam hal ini.
11.  Kebutuhan Spritual
    Dalam memberiakn perawatan dalam situasi apapun kebutuhan spritual klien harus dicermati dan perawatan harus membantu dalam pemenuhan kebutuhan itu. Apabila sewaktu sehat melakukan ibadah agama merupakan perintah yang penting bagi seseorang maka saat sakit hal ini menjadi lebih penting perawat, petugas keshatan lain
12.  Kebutuhan Bekerja
    Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi terhadap kebutuhanklien sangat penting rasa keberatan terhadap therapy bedrest didasarkan pada meningkatnya perasaan tak berguna karena tidak aktif
13.  Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
    Seringkali keadaan sakit menyebabkan seorang kehilangan kesepakatan meningkat variasi dan udara segar serta rekreasi, untuk itu perlu dipilihkan beberapa aktivitas yang sangat dipengaruhi oleh jenis kreatifitas, umur,kecerdasan dan pengalaman serta selera klien kondisi dan keadaan penyakitnya.
14.  Kebutuhan Belajar
    Bimbingan latihan atau pendidikan merupakan bagian dari pelayanan dasar. Fungsi perawat adalah membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan serta memperkuat dan mengikuti rencana therapy yang diberikan pembimbing dapat dilakukan setiap resiko saat klien perawat memberikan asuhan
Pengkajian fungsi neurologis dapat menghabisakan banyak waktu. Perawat yang efesiensi mengintegrasikan pemeriksaan neurologis dengan bagian pemeriksaan fisik lainnya sebagai contoh fungsi saraf cranial dapat diuji ketika survei kepala dan leher status emosi dan mental diobservasi pada saat data riwayat keperawatan dikumpulkan. Riwayat keperawatan untuk mengkaji sistem neurologis misalnya dengan menentukan apakah klien mengkonsumsi analgesik, tarutama apakah klien mempunyai riwayat kejang , skrining klien untuk menentukan adanya sakit kepala terutama pusing didiskusikan dengan anggota keluarga tentang adanya perubahan perilaku, kaji klien untuk adanya riwayat perubahan pada sistem penginderaan serta tinjau riwayat masa lalu untuk adanya cedera kepala ( Potter, 2005 ; 916 ).
Pengkajian fisik meliputi pemeriksan keadaan umum meliputi memeriksa adanya keluhan pada kulit, bentuk tulang, kekenyataan otot, mengukur tanda-tanda vital untuk tubuh juga inspeksi gerakan – gerakan abnormal seperti fasikuli, mioclonic dll. Selanjutnya adalah pengkajian tes fungsi cerebral yang meliputi : pemeriksaan keadaan, omentasi baik tempat, waktu, daya ingat, bicara. Tes fungsi cerebral yang meliputi pengakajian secara nervus 1 – 12 nervus selanjutnya tes fungsi motorik dan fungsi cerebellum, tes fungsi sensori, tes fungsi reflek yang meliputi reflek fisiologis, reflek abdominal dan reflek dinal, reflek bulbocavernosa yang terakhir terangsang meningkat.
( Depkes, 1995 ; 16-27 )
Pada pengkajian fisik juga dapat ditemukan data – data lain diantaranya :
1.      Aktivitas atau istirahat
Gejala      :           keletihan, kelemahan, umur , keterbatasan dalam beraktivitas
Tanda       :           perubahan tonus otot, kontraksi otot atau sekelompok otot
2.      Sirkulasi
Gejala      :           Hipertensi, peningkatan nadi,sianosis
3.      Integritas Ego
Gejala      :            Stresor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan
Tanda       :           Pelebaran rentang respon emosional
4.      Eliminasi
Gejala        :          Inkontensia episodik
Tanda        :     Peningkatan tekanan kandung kemih, otot relaksasi yang mengakibatkan interkontensia.
5.      Makanan
Gejala        :          Sertifitas terhadap makanan,mual muntah.
Tanda        :           Kerusakan jaringan lunak atau gigi, hiperplasia.


6.      Neorosensori
Gejala        :     Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang yang berulang, pingsan,pusing, riwayat trauma kepala.
Tanda        :     Karakteristik kejang :
a.     Fase prodoumal     :     adanya perubahan pola pada rekreasi emosi atau respon afectif yang tak menentu.
b.    Keadaan umum     :     tonik klonik, kekakuan,penurunak kesadaran.
c.     Kejang parsial        :     pasien tetap sadar dengan aksi mimpi, melamun, jalan – jalan.
d.    Status epiletilikus  :     aktivitas kejang yang terjadi terus menerus dengan spontan gejala putus anti konvulsan tiba – tiba dan fenomena metabolik lain.
7.      Nyeri atau Kenyamanan
Gejala        :     Sakit kepala, nyeri otot,nyeri abnormal.
Tanda        :     Sikap dan tingkah laku perubahan tonus otot.
8.      Pernafasan
Gejala        :     Gigi mengatup,siasonis pernapasan dan turun cepat, peningkatan sekresi mukus.
9.      Keamanan
Gejala        :     Riwayat jatuh, fraktur
Tanda        :     Tauma pada jaringan lunak, penurunan kekuatan otot
10.  Interaksi Sosial
Gejala        :     Masalah dalam hubungan inter personal dalam keluarga dan lingkungan sosialnya.                          
                                                                             ( Doenges, 2000; 259 )
b. Fokus Intervensi
1. Resiko tinnggi terhadap trauma, pengeentian pernapsan b/d kelemahan, kesulitan kesimbangan, keterbatasan kognitif, kehilangan koordinasi otot besar atau kecil, kesulitan emosional
      - Hasil yang diharapkan :
a.      Mampu mengungkapkan pemaham faktor yang menunjang kemunginan trauma
b.      Mendemonstrasikan perilaku perubahan gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko
c.      Mampu mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan
d.     Mampu mempertahankan antara pengobatan sesuai indikasi
e.      Mampu mengidentifikasi tindakan yang diambil bila terjadi kejang
- Intervensi
1.        Gali bersaka pasien berbagai stimulasi yang dapat menjadi pencetus kejang
Rasionalisasi : alkohol, berbagai obat dan stimulasi lain dapat meningkatkan resiko terjadinya kejang
2.                                                                      Pertahankanlah bantalan lunak pada penghalang temapt tidur
Rasionalisasi : mengurangi trauma saat kejang selama pasien berada ditempat tidur
3.      Catat tipe dari aktivitas kejang dan beberapa kali terjadi
Rasionalisasi : membantu untuk melokalisasi daerah otot yang terkena
4.        Lakukan penilaian neurologis atau tanda – tanda vital setelah kejang
Rasionalisasi : mencatat keadaan pewintal dan waktu penyembuhan pada keadaan normal
5.    Observasi munculnya tanda – tanda status epileptikus
Rasionalisasi : untuk keadaan darurat yang mengamcamhidup yang dapat menyebabkan henti nafas, hipolsia, kerusakan pada otak atau sel saraf
2.         Pola nafas tidak efectif b/d merusakan neuromuskuler, obstruksi trakea bronkial kerusakan persepsi
- Hasil yang diharapkan :
               Mampu mempertahankan pola nafas yang efectif dengan jalan nafas paten aspirasi  dicegah
- Intervensi :
a.       Anjurkan pasien mengosongkan mulut dari makanan
Rasionalisasi : menurunkan resiko aspirasi atau masuknya suatu benda asing ke faring
b.      Letakan pasien pada posisi miring, permukaan datar, meiringkan kepala secara serangan kejang
Rasionalisasi :  meningkatkan aliran sekret mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas
c.       Masukan spatel lidah sesuai indikasi
Rasionalisasi :  mencegah tergigitnya lidah dan menfasilitasi saat melakukan penghiasapan lendir.
d.      Lakukan penghisapan sesuai indiaksi
Rasionalisasi : menurunkan resiko aspirasi serebal sebagai akibat di sirkulasi yang menurun
e.       Berikan tambahan oksigen
Rasionalisasi : dapat menurunkan hipeksia serebal sebagai akibat di sirkulasi yang menurun
3. Gangguan harga diri, identitas pribadi b/d stigma berkenaan dengan kondisi,persepsi tentang tidak kekontrol
- Hasil yang diharapkan :
a.      Mampu mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping dengan persepsi negatif pada diri sendiri
b. Mampu meningkatkan masa harga diri dalam hubungan diagnosis
c.       Mampu mengungkapkan persepsi realitis dan penerimaan diri dalam perubahanperan  atau  gaya hidup
- Intervensi :
a.      Diskusikan perasaan pasien mengenai diagnostik persepsi diri terhadap penanganan yang dilakukan
Rasionalisasi :  reaksi yang ada bervariasi diantaranya individu dan pengetahuan atau pengalaman awal dengan keadaan penyakitnya akan mempengaruhi pengobatan
b.    Identifikasi kemungkinan reaksi orang lain pada keadaan penyakitnya
Rasionalisasi :  memberikan kesempatan untuk bevespen pada proses pemecahan masalah dan memberikan kesadaran kontrol terhadap situasi yang dihadapi
c.    Gali bersama pasien mengenai keberhasilan yang telah diperoleh
Rasionalisasi :  memfokuskan pada aspek yang positif dapat membantu untuk menghilangkan perasaan dari kegagalan atau untuk kesadaran terhdap diri sendiri
d.      Hindari pemberian perlindungan yang amat berlebihan pada pasien
Rasionalisasi : Partisipasi dalam sebanyak mungkin pengalaman dapat mengurangi depresi tentang keterbatasan
e.       Tekankan pentingnya orang terdekat untuk tetap dalam keadaan terang selama kejang
Rasionalisasi : ansietas dari pemberian asuhan dalam menjalankan dan bila sampai pada pasien dapat meningkatkan persepsi kognitif terhadap keadaan lingkungan
4.        Kurang pengetahuan b/d kurang pemanjaan kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif kegagalan untuk berubah
- Hasil yang diharapkan
a.       Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan dan berbagai rangsangan yang dapat meningkatkan aktivitas kejang
b.      mampu memulai perubahan perilaku gaya hidup sesuai indikasi
c.       menaati aturan obat yang diresepkan
- Intervensi :
a    Jelaskan kembali tentang patofisiologi penyakitnya
Rasionalisasi : memberikan kesempatan untuk mengklasifikasikan kesalahan persepsi dan keadaan penyakit
b.      Beri petunjuk yang jelas pada pasien untuk minum obat bersamaan dengan waktu makan
Rasionalisasi : dapat menurunkan iritasi lambung, mual dan muntah
c.       Diskusikan manfaat dari kesehatan umum yang baik
Rasionalisasi : aktivitas yang sedang dan teratur dapat membantu menurunkan faktor predisposisi yang meningkatkan perasaan sehat
d.      Tinjau kembali kebersihan mulut dan perawatan gigi
Rasionalisasi :  menurunkan resiko infeksi mulut dan hiperplsia digusi
( Donges, 2000;262 )

2.   Clinical Pathway dan Fokus Intervensi
a.       Pathway
Etiologi
Faktor Psikologis,
Biokimia, anatomis
 

+ G3 keseimbangan eksesif / eksistasi
+ G3 transmisi sinapsik

Mempengaruhi polavisasi
Membran sel

+Ketidak stabilan membran saraf
+ Hypersersifikas neuron
+ terjadi polarisasi >>

Perbedaaan potensial listrik
Intra dan ekstra sel

Ion tidak seimbang

Membran neuron mengalami depolariasi

Melepaskan muatan listrik >>
( Asetilolin, norodrenalin, dopomin 5 hidrox sitriptamin )
 


Serebellum Batang otak
Otak tengah, thallamus
Kontak peribri
Tidak epilepsi
 
G3 fermatio rehkularis
 
G3 neuron inhilator
 
`
 












      Kejang yang berulang
 

Keterbatasan pengetahuan
 
                        Mekanisme koping
                        Individu tdk efektif

Gangguan Harga diri rendah
 
 











                                                            
                                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERAWAT Malaikat Tak Bersayap

apakabar sahabat ikhlasku hari ini, saya belajar dari porfesi yang sangat mulia. PERAWAT   saya tahu diantara dari mereka memilih pro...