LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA
DENGAN TUBERCULOSIS (TBC) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUMOWONO
KAB. SEMARANG
DISUSUN OLEH :
M. DAVID NUGROHO (01014330)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN
SEMARANG
2013
TINJAUAN TEORI
A.
Konsep Dasar
Keluarga
1.
Definisi
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal
dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat
(Helvie, 1998) dalam Mubarak, dkk. (2009: 67). Depkes R.I (1988) dalam Setiadi (2008:
3), mendefinisikan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yaitu
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tingggal
disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 1),
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing – masing
yang merupakan bagian dari keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya(1989) dalam Efendi dan
Makhfudli (2009: 179), keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung
karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
Menurut
Spredley dan Allender (1996) dalam Firmansyah (2009), keluarga adalah satu atau
lebih individu yang tinggal bersama, sehingga
mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interaksi sosial,
peran dan tugas.
Dari beberapa pengertian diatas maka
dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh pertalian darah, kelahiran, perkawinan dan adopsi yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan yang mempunyai
peran masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
2.
Karakteristik
Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009: 68) karakteristik
keluarga adalah :
a. Terdiri
atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungn darah, perkawinan, atau
adopsi.
b. Anggota
keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu
sama lain.
c. Anggota
keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial,
sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik.
d. Mempunyai
tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,
psikologis, dan sosial anggota.
3.
Tipe
Keluarga
Tipe
keluarga menurut Suprajitno (2004: 2) bergantung pada konteks keilmuan dan
orang yang mengelompokkan adalah :
a. Secara
tradisional
Secara tradisional
keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1)
Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang
hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
adopsi atau keduanya.
2)
Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti
ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek,
nenek, paman, bibi).
b. Secara
modern
Sesuai dengan
perkembangan social, maka tipe keluarga berkembang mengikutinya, diantaranya
menurut Mubrak, dkk.(2009 : 70-71) adalah :
1)
Traditional Nuclear
Keluarga inti (ayah,
ibu dan anak) tinggal dalam suatu rumah ditetapkan oleh sanksi – sanksi legal
dalm suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2)
Reconstituted
Nuclear
Pembentukan baru dari
keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam
pembentukan suatu rumah dengan anak – anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan
lama maupun dari hasil perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja diluar
rumah.
3)
Niddle
Age atau Aging Couple
Suami sebagai pencari
uang, istri dirumah atau kedua – duanya
bekerja dirumah, anak – anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan atau meniti karier.
4)
Dyadic
Nuclear
Suami istri yang sudah
berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja diluar
rumah.
5)
Single
parent
Satu orang tua sebagai
akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak – anaknya dapat tinggal
dirumah atau diluar rumah.
6)
Dual
carier
Suami istri atau
keduanya orang karier dan tanpa anak.
7)
Commuter
married
Suami istri atau
keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling
mencari pada waktu – waktu tertentu.
8)
Single
Adult
Wanita atau pria dewasa
yang tinggal sendiri dengan tidak ada keinginan untuk kawin.
9)
Three
Generation
Tiga generasi atau
lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional
Anak – anak atau orang
– orang dewasa tinggal dalam suatu panti – panti.
11) Communal
Satu rumah terdiri dari
dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak – anaknya dan bersama – sama
dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Suatu perumahan terdiri
dari orang tua dan keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap
individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak –
anak.
13) Unmarried parent and
Child
Ibu dan anak dimana
perkawinan tidak dikehendaki, dan kemudian anaknya diadopsi.
14) Cohibing coiple
Dua orang atau suatu
pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk
oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
4.
Struktur
Keluarga
Menurut Setiadi (2008: 6-7) struktur keluarga
terdiri dari bermacam – macam, diantaranya adalah :
a.
Patrilineal
Patrilineal
adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis bapak.
b.
Matrilineal
Matrilineal
adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis ibu.
c.
Matrilokal
Matrilokal
adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara istri.
d.
Patrilokal
Patrilokal
adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara suami.
e.
Keluarga
kawinan
Keluarga
kawinan adalah suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan – hubungan dengan suami istri.
5.
Fungsi
Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 13),
secara umum fungsi keluarga adalah sebagi berikut :
a. Fungsi
afektif (the affective function) adalah
fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi
sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization
and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi
reproduksi (the reproductive function)
adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi
ekonomi (the economic function) adalah
keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi
perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the
health care function) yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
6.
Tugas
Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1998) dalam Efendi dan
Makhfudli (2009: 185-186), keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang
perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
a. Mengenal
masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang
tidak boleh diabaikan, karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu
mengenal masalah kesehatan dan perubahan – perubahan yang dialami anggota
keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya
perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi
dan seberapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
factor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b. Membuaat
keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebelum keluarga dapat
membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus mengkaji hal-hal sebagai berikut :
1) Sejauh
mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.
2) Apakah
keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
3) Apakah
keluarga merasa menyerah terhada masalah yang dialaminya.
4) Apakah
keluarga merasa takut akan akibat penyakit
5) Apakah
keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan.
6) Apakah
keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
7) Apakah
keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
8) Apakah
keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
c. Memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan
perawatan pada keluarganya yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal
berikut ;
1) Keadaan
penyakitnya (sifat, penyebaran, komplokasi, prognosis dn perawatannya)
2) Sifat
dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan
fasillitas yang diperlukan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber
yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab, sumber
keuangan atau financial, fasilitas fisik, dan psikososial).
5) Sikap
keluarga terhadap yang sakit.
d. Memodifikasi
lingkungan keluarga atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi
lingkkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus
mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, upaya pencegahan
penyakit, dan sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.
e. Memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat bagi keluarga
7.
Tahap
Perkembangan Keluarga
Menurut Duvall (1985) dalam Setiadi (2008: 14-18), tahap
perkembangan keluarga adalah :
a.
Keluarga baru (Bergaining Family)
Pasangan baru
menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah :
1)
Membina hubungan
intim yang memuaskan.
2)
Menetapkan tujuan
bersama.
3)
Membina hubungan
dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
4)
Mendiskusikan
rencana memiliki anak atau KB.
5)
Persiapan menjadi
orang tua.
6)
Memahami prenatal care (pengertian kehamilan,
persalinan, dan menjadi orang tua).
b.
Keluarga dengan
anak pertama <30 bulan (child bearing)
Masa ini
merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga.
Tugas perkembangan tahap ini antara lain :
1)
Adaptasi perubahan
anggota keluarga (peran, interaksi, seksual, dan kegiatan).
2)
Mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3)
Membagi peran dan
tanggung jawab.
4)
Bimbingan orang tua
tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5)
Konseling KB post partum 6 minggu.
6)
Menata ruang untuk
anak.
7)
Memfasilitasi role bearing.
8)
Mengadakan
kebiasaan keagamaan secara rutin.
c.
Keluarga dengan
anak pra sekolah
Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini anatra lain :
1)
Pemenuhan kebutuhan
anggota keluarga.
2)
Membantu anak
bersosialisasi
3)
Beradaptasi dengan
anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
4)
Pembagian waktu,
individu, pasangan, dan anak.
5)
Pembagian tanggung
jawab.
6)
Merencanakan
kegiatan dan waktu simulasi tumbuh dan kembang anak.
d.
Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas keluarga
pada tahap ini antara lain :
1)
Membantu
sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih
luas.
2)
Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3)
Menyediakan
aktivitas untuk anak.
4)
Menyesuaikan pada
aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.
5)
Memnuhi kebutuhan
yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e.
Keluarga dengan
anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini antara lain :
1)
Perkembangan tahap
remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab).
2)
Memelihara
komunitas terbuka (cegah gep komunikasi).
3)
Memelihara hubungan
intim dalam keluarga.
4)
Mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memnuhi kebutuhan
tumbuh kembang anggota keluarga.
f.
Keluarga dengan
anak dewasa (anak satu meninggalkan rumah)
Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1)
Memperluas keluarga
inti menjadi kelurga besar.
2)
Mempertahankan
keintiman .
3)
Membantu anak untuk
mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.
4)
Mempersiapkan anak
untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5)
Menciptakan
lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.
g.
Keluarga usia
pertengahan (middle age family)
Tugas keluarga
pada tahap
ini antara lain :
1)
Mempunyai lebih
banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial dan waktu santai.
2)
Memulihkan hubungan
antara generasi muda dan tua.
3)
Keakraban dengan
pasangannya.
4)
Memelihara hubungan
atau kontak dengan anak dan keluaraga.
5)
Persiapan masa tua
atau pensiun.
h.
Keluarga lanjut
usia
Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini antara lain :
1)
Penyesuaian tahap
masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
2)
Menerima kematian
pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3)
Mempertahankan
keakraban pasangan dan saling merawat.
4)
Melakukan life review masa lalu.
B.
Konsep
Keperawatan Keluarga
1.
Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia (Setiadi, 2008: 25-26). Perawatan kesehatan keluarga adalah perawatan
kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya yang dilakukan oleh
seorang perawat yang profesional dengan proses keperawatan yang berpedoman pada
standart praktik keperawatan dengan berlandaskan etik dan etika keperawatan
dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Setiadi, 2008:
26). Sedangkan menurut Suprajitno (2004: 27)
asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan keluarga adaah
suatu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan melalui praktik keperawatan
keluarga yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
2.
Tujuan
Menurut
Suprajitno (2004: 27-28) tujuan keperawatan keluarga terdiri dari :
a.
Tujuan umum
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatannya secara mandiri
b.
Tujuan khusus
1)
Mengenal
masalah kesehatan keluarga
2)
Memutuskan
tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga
3)
Melakukan
tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit, mempunyai
gangguan fungsi tubuh dan atau yang membutuhkan bantuan sesuai dengan kemampuan
keluarga.
4)
Memelihara
dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat
menunjang peningkatan kesehatan keluarga
5)
Memanfaatkan
sumber daya yang ada di masyarakat misalnya: puskesmas, puskesmas pembantu,
kartu sehat dan posyandu untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
keluarga.
3. Sasaran
Menurut Suprajitno (2004: 28) sasaran dari asuhan
keperawatan keluarga adalah keluarga- keluarga yang rawan kesehatan yaitu:
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko terhadap timbulnya
masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang dimaksud adalah individu sebagai
anggota keluarga dan keluarga itu sendiri.
4. Tahap-tahap
proses keperawatan keluarga
Tahap-tahap
proses keperawatan keluarga menurut Setiadi (2008: 45-46) adalah sebagai
berikut :
a.
Pengkajian
Tahap
pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan daata dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi daan memodifikasi status kesehatan .
b.
Perumusan
diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa
keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga mengenai masalah kesehatan
aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
c.
Penyusunan
perencanaan keperawatan keluarga
Perencanaan
adalah senagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga
yang meliputi penentuan tujun perawatan (jangka panjang atau jangka pendek),
penetapan standart dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi
masalah keluarga.
d.
Pelaksanaan
tindakan keperawatan keluarga
Tindakan
adalah pengeolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan.
e.
Evaluasi
Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga mencapai tujuan.
5. Peran
perawat keluarga dalam asuhan keperawatan keluarga
Menurut Mubarak,dkk
(2010: 74-75) peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga antara
lain :
a.
Pendidik
(educator)
Perawat
kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
dan bertnggungjawab terhadap masalah kesehatan keluarganya.
b.
Koordinator
Praktik
keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan yang umum, menyeluruh, daan
berlanjut.
c.
Pelaksana
perawatan dan pengawas perawatan langsung
d.
Pengawas
kesehatan
e.
Konsultan
atau penasehat
f.
Kolaborasi
Perawat
keluarga juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
g.
Advokasi
Sebagai
advokat klien, perawat berkewajiban untuk melindungi hak keluarga.
h.
Fasilitator
Peran
perawat disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat kesehatannya.
i.
Penemu
kasus
Peran
perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah
kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.
j.
Modifikasi
lingkungan
Peraawat
komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.
C. Konsep
Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut
Nursalam (2005: 34), pada dasarnya tumbuh kembang mempunyai prinsip yang berlaku secara
umum yaitu : tumbuh kembang merupakan suatu proses terus-menerus dari konsepsi sampai
dewasa; Pola
tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya kecepatannya dapat berbeda; Proses
tumbuh kembang dimulai dari kepala ke seluruh anggota badan, misalnya mulai
melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri dan seterusnya.
1. Pertumbuhan
a.
Pengertian
Pertumbuhan
merupakan suatu peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dengan meter atau
sentimeter untuk tinggi badan dan kilogram atau gram untuk berat badan (Marlow
(1988) dalam Supartini (2004: 49).
Menurut
Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) pertumbuhan adalah proses bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh.
Pertumbuhan fisik merupakan
hal yang kuantitatif atau dapat diukur, aspek peningkatan ukuran fisik individu
sebagai hasil peningkatan dalam jumlah sel (Potter and Perry, 2005 : 637).
Nursalam (2005: 32) mendefinisikan pertumbuhan sebagai bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi
(bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga bertambah besarnya sel.
b.
Ciri-ciri
pertumbuhan
Menurut Soetjningsih
(2002) dalam Nursalam (2005: 32), pada umumnya pertumbuhan mempunyai ciri tertentu
yaitu :
1)
Perubahan
proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.
2)
Hilangnya
ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi
susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi,
timbulnya tanda seks sekunder, dan perubahan lainnya.
3)
Kecepatan
perumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa tertentu, yaitu
masa prenatal, bayi, dan adolesensi, di mana terjadi pertumbuhan cepat dan masa
prasekolah dan masa sekolah, di mana pertumbuhan berlangsung lambat.
c.
Pertumbuhan
anak masa prasekolah (usia 2-6 tahun)
Menurut
Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010: 2-4) berat badan anak akan bertambah 2-3
kg/tahun, tinggi badan anak setelah usia 7 tahunbertambah 5 cm/tahun,
pertumbuhan gigi susu sebanyak 20 buah yang lengkap tumbuh pada umur 2,5 tahun.
2. Perkembangan
a.
Pengertian
Menurut IDAI (2000) dalam Nursalam (2005: 33), perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dan struktur/ fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem – sistemnya yang
terorganisasi.
Perkembangan adalah aspek progresif adaptasi terhadap lingkungan yang
bersifat kualitatif (Potter dan
Perry, 2005: 637).
Supartini (2004: 49) mendefinisikan
perkembangan sebagai suatu proses yang terjadi secara simultan dengan
pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang
dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya.
b.
Teori Perkembangan
1)
Teori perkembangan psikososial (Erikson) dalam Wong (2008: 117-118)
a)
Percaya vs tidak perrcaya (lahir-1 tahun /bayi)
Pembentukan rasa percaya dasar ini
mendominasi tahun pertama kehidupan dan menggambarkan semua pengalaman kepuasan
anak pada usia ini. Rasa tidak percaya terjadi jika pengalaman yang
meningkatkan tidak terpenuhinya rasa percaya atau jika kebutuhan dasar tidak
terpenuhi secara adekuat.
b)
Autonomi vs malu-malu dan ragu-ragu (usia 1-3 tahun)
Perkembangan autonomi selama periode todler
berpusat pada peningkatan kemampuan anak untuk mengendalikan tubuh mereka, diri
mereka, dan lingkungan mereka. Perasaan negatif seperti ragu dan malu muncul
ketika anak-anak diremehkan. Hasil yang diharapkan adalah kontrol diridan
ketekunan.
c)
Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan
semua indra dan membentuk suara hati. Terkadang mereka memiliki tujuan untuk
melakukan aktivitas yang bertentangan dengan yang dimiliki orang tua atau orang
lain, dan dibuat merasa bahwa aktivitas atau imajinasi mereka merupakan hal
yang buruk sehingga menimbulkan rasa bersalah.
d)
Industri vs inferioritas (6-12 tahun)
Anal-anak mau terlibat dalam tugas dan
aktivitas. Mereka belajar berkompetisi dan bekerjasama dengan orang lain daan
juga aturan-aturannya. Rasa inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak yang
diharapkan dari mereka.
e)
Identitas vs kebingungan peran (12-18 tahun)
Remaja
berusaha menyesuiakan diri dengan peran yang mereka mainkan daan mereka
berharap dapat bermain dalam peran dan gaya terbaru. Ketidakmampuan untuk
menyelesaikan konflik inti menyebabkan terjadinya kebingungan peran. Hasil
daari penguasaan yang sukses adalah kesetiaan daan ketaatan terhadap orang lain
serta terhadap nilai-nilai.
2)
Teori perkembangan psikoseksual (Freud) menurut Supartini (2004: 59-60)
yaitu :
a)
Fase oral (0-11 bulan)
Ciri tahapan :
aktivitas melibatkan mulut seperti
mengisap, menggigit dan mengunyah merupakan sumber utama kenikmatan.
b)
Fase anal (1-3 tahun)
Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak,
yaitu selama perkembangan otot sfingter. Anak senang menahan feses, bahkan
bermain-main dengan fesesnya sesuai dengan keinginannya. Toilet training adalah
waktu yang tepat dilakukan pada periode ini.
c)
Fase falik (3-6 tahun)
Selama fase ini, genetalia menjadi area yang
menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mempelajari perbedaaan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki dengan mengetahui adanya perbedaan alat
kelamin.
d)
Fase laten (6-12 tahun)
Pada awal fase laten, anak perempuan lebih
menyukai teman dengan jenis kelamin perempuan, dan anak laki-laki dengan
laki-laki. Selama periode laten, anak menggunakan energi fisik dan psikologis
yang merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan dn pengalaman melalui
aktivitas fisik maupun sosialnya.
e)
Fase genital (12-18 tahun)
Tahapan genital yaitu ketika anak mulai masuk
fase pubertas, yaitu dengan adanya proses pematangan organ reproduksi dan
produksi hormon seks.
c.
Perkembangan anak masa toddler
Pada tahap
ini, perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Pada mulanya anak berdiri
tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Sekitar usia enambelas
bulan, anak mulai berjalan berlari dan menaiki tangga, tetapi masih kelihatan
kaku. Perrhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar, anak lebih
banyak menyelidiki benda disekitarnyadan meniru apa yang diperbuat oleh orang
lain.
d.
Pemantauan
perkembangan DENVER II
Uji skrining
perkembangan yang paling tua dan paling dikenal adalah Denver Developmental Screening Test (DDST) dan revisinya, DDST-R
telah direvisi, distandardisasi ulang dan berganti nama Denver II (Wong, 2008:
221).
Deteksi dini
penyimpangan perkembangan anak usia kurang dari 6 tahun berisi 125 gugus tugas
yang disusun dalam formulir menjadi empat sektor untuk menjaring fungsi
tersebut. Bidang aspek yang dinilai antara lain :
1)
Personal
sosial : penyesuaian diri terhadap
masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan
2)
Motorik
halus : koordinasi mata, tangan,
memainkan atau menggunakan benda-benda kecil.
3)
Motorik
kasar : duduk, jalan, melompat, dan
gerakan umum otot besar.
4)
Bahasa : mendengar, mengerti, dan
menggunakan bahasa.
Tanda item
penilaian Denver II menurut Nursalam (2005 : 40):
a)
O
= F (Fail/gagal)
Bila anak tidak
mampu melakukan uji coba dengan baik, ibu atau pengasuh memberi laporan anak
tidak dapat melakukan tugas dengan baik.
b)
M
= R (Refusal/menolak)
Anak menolak untuk uji coba
c)
V
= P (Pass/lewat)
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik,
ibu/pengasuh memberi laporan tepat/dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik.
d)
No
= No opportunity
Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba
karena ada hambatan , uji coba yang dilakukan orang tua.
Interpretasi
dari nilai Denver II menurut Nursalam (2005 : 41) :
a) Advanced
Bila anak
mampu melaksanakan tugas pada item disebelah kanan garis umur, lulus kurang
dari 25% anak yang lebih tua dari usia tersebut.
b)
Normal
Bila anak
gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan garis umur, lulus/gagal/menolak
pada item antara 25-75% (warna putih).
c) Caution
Tulis C pada
sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item antara 75-100% (warna hijau/biru).
d) Delay
Gagal/menolak
item yang ada disebelah kiri dari garis umur.
3. Faktor
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Pola
pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan yang
lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi
banyak faktor. Menurut Soetjiningsih (2002) dalam Nursalam (2005: 39-41),
faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
faktor internal dan eksternal.
a.
Faktor
internal (dalam)
1)
Genetika
Faktor genetis akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan
dan kematangan tulang, alat seksual, serta saraf, yaitu perbedaan ras, etnis
atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin dan kelainan kromosom.
2)
Pengaruh
hormon
Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon
pertumbuhan somatotropin dan hormon tiroksin yang berguna untuk metabolisme
serta maturasi tulang, gigi dan otak.
b.
Faktor
eksternal (faktor lingkungan)
1)
Faktor
pranatal (selama kehamilan)
Meliputi gizi, nutrisi ibu hamil, toksin, zat kimia,
kelainan endokrin, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan psikologis ibu.
2)
Faktor
kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps
dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya
kerusakan pada jaringan otak.
3)
Faktor
pascanatal
Faktor yang mempengaruhi adalah gizi, penyakit kronis,
lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi, stimulasi dan
obat-obatan.
Menurut
Soetjiningsih (2002) dalam Nursalam (2005: 35-39) ada beberapa tahapan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak, yaitu :
a.
Masa
pranatal
1)
Masa
embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan delapan minggu.
2)
Masa
fetus yang dimulai sejak kehamilansembilan minggu sampai kelahiran pada 9 bulan
masa kehamilan kebutuhan bayi tergantung pada ibu. Oleh karena itu, kesehatan
ibu sangat penting untuk dijaga.
b.
Masa
neonatal
Pada tahap ini
terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai
berfungsinya organ-organ tubuh padaa masa ini, reflek-reflek primitif yang
bersifat fisiologis akan muncul, seperti reflek moro, reflek menghisap dan
reflek rooting yang akan menghilang dengan bertambahnyausia. Fungsi pendengaran
dan penglihatan juga mulai berkembang.
c.
Masa
bayi
Pada masa ini,
pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat.
d.
Masa
balita (1-12 bulan)
Pada masa ini pertumbuhan
fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan pada masa bayi, tetapi
perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Pada masa ini, anak perlu
dibimbing dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak
tidak mengalami kebingungan.
e.
Masa
prasekolah(3-5 tahun)
Pertumbuhan
gigi susu sudah lengkap pada masa ini.pertumbuhan fisik juga relatif pelan,
naik turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri. Anak mulai berkembang
superegonya (suara hati). Anak juga mulai mengenal cita-cita, belajar
menggambar, menulis dan mengenal angka serta bentuk atau warna benda gelap.
Pada tahap ini orang tua mulai mempersiapkan anak untuk masuk sekolah.
D. Konsep
Penyakit Tuberculosis dan Asuhan Keperawatan
1. Pengertian
TB paru
(Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular pada sistem pernapasan yang
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dapat mengenai
bagian paru (Hidayat, 2008: 79).
Smeltzer dan
Bare (2001: 584) mendefinisikan TB paru (Tuberkulosis paru) adalah penyakit
infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis.
Menurut Price dan
Wilson (2005: 852) TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.
2. Etiologi
Tuberkulosis
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, kuman batang aerobik dan tahan asam (BTA) (Price dan Wilson,
2005: 852). Kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun (Judarwanto, 2009).
3. Klasifikasi
TB
(Tuberculosis) paru dalam Hidayat (2008: 79) dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu :
a. Tuberculosis
paru primer yang sering terjadi pada anak. Proses ini dapat dimulai dari proses
yang disebut droplet nuclei yaitu
suatu proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman
tuberculosis yang hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli.
Kemudian terjadi eksudasi dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel
dan alveolar, keluar fibrin, makrofag ke dalam ruang alveolar.
b. Tuberculosis
pascaprimer, terjadi pada klien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosa.
4. Patofisiologi
Penularan TBC terjadi karena individu
rentan yang menghirup udara yang mengandung Mycobacterium tuberculosis. Segera
setelah menghirup basil tuberkulosis hidup ke dalam paru-paru, maka terjadi
eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil tuberkulosis
akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limpe
regional melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional sehingga
terbentuk komplek primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10
minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.
Bersamaan dengan terbentuknya
kompleks primer terjadi pula hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang
dapat diketahui melalui uji tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai
terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.
Pada anak yang mengalami lesi
dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer dekat pleura, tetapi
banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding lapangan atas. Juga terdapat
pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke kalsifikasi dan
penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen.
Pada reaksi radang dimana lekosit
polimorfonuklear tampak pada alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak
membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa
minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme TB dan membebaskan
limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus
difagosit atau berkembang diak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral
memberikan gambaran yang relatif padat pada keju, yang disebut nekrosis
kaseosa.
Masa keju dapat mencair dan Mycobacterium tuberculosis dapat
berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan
terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat
menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ lainnya.
(Setiawati,
dkk., 2012).
5.
Pathway
6.
Manifestasi
Klinik
Gejala
TB paru menurut Wong (2008: 955) antara lain :
a.
Dapat bersifat
asimptomatik atau menimbulkan bermacam-macam gejala yaitu :
1) Demam
lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus,
malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
2) Malaise
3) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan
berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
4) Penurunan
berat badan atau malnutrisi
tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.
5) Batuk
ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama bermingu-minggu sampai
berbulan-bulan)
6) Nyeri
menusuk dan rasa sesak didada
7) Haemoptisis
b.
Sejalan dengan
perkembangan
1) Peningkatan
frekuensi napas
2) Ekspansi
paru buruk pada tempat yang sakit
3) Bunyi
napas hilang dan ronki kasar
4) Pekak
pada saat perkusi
5) Demam
persisten
6) Pucat,
anemia, kelemahan dan penurunan berat badan.
7.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan
penunjang untuk TB menurut Sulaifi (2010) adalah sebagai berikut :
a.
Uji Mantoux atau
Tuberkulin
Ada 2 macam tuberkulin yaitu Old tuberkulin dan Purified Protein Derivat (PPD). Caranya adalah dengan menyuntikkan
0,1 ml tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan bawah. Hasilnya dapat
dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Berniai positif jika indurasi lebih
dari 10 mm pada anak dengan gizi baik atau lebih dari 5 mm pada anak dengan
gizi buruk.
b.
Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG
terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan lebih dari 5 mm, maka anak
dicurigai terinfeksi Mycobaterium tbc.
c.
Laju Endap Darah
Pada TB, terdapat kenaikan Laju
Endap Darah (LED).
d.
Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan BTA pada anak
dilakukan dari bilasan lambung karena sulitnya menggunakan hasil dahak.
e.
Pemeriksaan BTA cara baru
seperti: PCR (Polymerase Chain Reaction), Bactec,
ELISA, PAP dan Mycodots
masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis
f.
Pemeriksaan radiologis
1)
Gambaram x-foto dada pada TB paru
tidak khas
2)
Paling mungkin kalau ditemukan
pembesaran kelenjar hilus dan kelenjar paratrakeal.
3)
Foto lain : milier, atelektasis,
infiltrat, bronkiektasis, efusi pleura, konsolidasi, destroyed lung dan lain-lain.
8. Komplikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 588) komplikasi TB
mencakup :
a. Malnutrisi
b. Efek
samping terapi obat-obatan : hepatitis, ruam kulit, gangguan gastrointestinal.
c. Resistensi
banyak obat
d. Penyebaran
infeksi TB (TB miliaris)
9.
Penataaksanaan
a. Penatalaksanaan
medis
Obat harus
diminum teratur, setiap hari, dan dalam waktu yang cukup lama. Dosis obat harus
disesuaikan dengan berat badan. Menurut Setiawati, dkk. (2012) secara garis
besar dapat dibagi menjadi tata laksana untuk :
1) TB Paru tidak berat
Pada TB paru yang tidak berat cukup diberikan 3 jenis
obat anti b tuberkulosis (OAT) dengan jangka waktu terapi 6 bulan. Tahap intensif terdiri dari isoniazid (H), Rifampisin (R)
dan Pyrazinamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ). Tahap lanjutan
terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan
setiap hari (4HR).
2) TB paru berat atau TB ekstrapulmonal
Pada TB berat (TB
milier, meningitis, dan TB tulang) maka juga diberikan Streptomisin atau
Etambutol pada permulaan pengobatan. Jadi pada TBC berat biasanya pengobatan
dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan
Isoniazid dan Rifampisin selama 10 bulan lagi atau lebih, sesuai dengan
perkembangan klinisnya. Kalau ada kegagalan karena resistensi obat, maka obat
diganti sesuai dengan hasil uji resistensi, atau tambah dan ubah kombinasi OAT.
Obat anti Tuberculosis yang digunakan adalah :
1) Isoniazid
(INH) : selama 6-12 bulan
a) Dosis
terapi
: 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
b) Dosis
profilaksis : 5-10
mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
c) Dosis
maksimum : 300
mg/hari
2) Rifampisin
( R ) : selama 6-12 bulan
a) Dosis
: 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari
b) Dosis
maksimum : 600
mg/hari
3) Pirazinamid
(Z) : selama 2-3 bulan pertama
a) Dosis
: 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari
b) Dosis
maksimum : 2
gram/hari
4) Etambutol
(E) : selama 2-3 bulan pertama
a) Dosis
: 15-20 mg/kgBB/hari diberikan sekali atau 2 kali sehari
b) Dosis
maksimum : 1250
mg/hari
5) Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama
a) Dosis
: 15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra muskular
b) Dosis
maksimum : 1
gram/hari
Kortikosteroid
diberikan pada keadaan khusus seperti : Tb milier, meningitis Tb, endobronkial
Tb, pleuritis Tb, perikarditis Tb, peritonitis Tb. Boleh diberikan
prednison 1-2 mg/kg BB/hari selama 1-2 bulan
b. Penatalaksanaan
perawatan
Penatalaksanaa perawatan untuk
klien ditujukan agar :
1) Klien
dapat mempertahankan jalan napas dengan mengeluarkan secret tanpa bantuan.
2) Kebutuhan
nutrisi klien dapat terpenuhi
3) Kebutuhan
istirahat tidur klien dapat terpenuhi
4) Klien
dapat beraktivitas secara efektif/
5) Klien
dapat lebih mendapatkan pengetahuan tentang TB
6) Klien
tidak terjadi infeksi terhadap penyebaran penyakitnya ke organ lain.
10.
Asuhan
Keperawatan
a.
Pengkajian
Pengkajian
keluarga dilakukan dengan mengidentifikasi data demografi, data sosial kultural,
data lingkngan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress, koping serta perkembangan
keluarga (Mubarak, 2009: 95).
Pengkajian
terhadap individu/anak dengan TB paru dapat ditemukan adanya batuk disertai
dahak atau tanpa dahak lebih dari dua minggu, malaise, demam yang ringan,
adanya tanda terkena flu, adanya nyeri dada, dan batuk darah. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan adanya konsolidasi, terdapat fremitus yang mengeras, perkusi
redup, suara napas yang bronkhial dan atau tanpa ronki, adanya tanda penarikan
paru, diafragma, mediastinum atau pleura dada yang tidak simetris, adanya
pergerakan napas yang tertinggal, adanya suara amforik pada daerah bronkus,
adanya ronchi basah dan kering pada sauran napas (Hidayat, 2008: 81).
b.
Diagnosa dan intervensi
1) Kerusakan
pertukaran gas (Carpenito, 2006: ) yaitu keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida) yang actual (atau
dapat mengalami potensial) antara alveoli paru-paru dan system vaskuler
berhubungan dengan :
a) Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan
keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c) Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan.
e) Ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan
umum : kerusakan pertukaran gas dapat diatasi
Tujuan
khusus:
(1) Keluarga
mampu mengetahui masalah kesehatan keluarga
Intervensi :
(a) Kaji
pengetahuan keluarga tentang kerusakan pertukaran gas.
(b) Jelaskan proses terjadinya kerusakan pertukaran gas.
(c) Berikan
penyuluhan kesehatan dengan penguatan hal-hal yang penting dalam perawatan
untuk mengatasi kerusakan pertukaran gas.
(2) Keluarga
mampu membuat keputusan yang tepat
Intervensi :
(a) Kaji
tingkat pengetahuan keluarga tentang pentingnya membuat keputusan yang tepat
untuk mengatasi kerusakan pertukaran gas.
(b) Jelaskan
tentang cara membuat keputusan yang tepat untuk mengatasi kerusakan pertukaran
gas.
(c) Ajarkan
cara membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kerusakan pertukaran
gas.
(d) Diskusikan
apa yang menjadi kendala dalam membuat keputusan.
(3) Keluarga
mampu memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Intervensi :
(a) Beri
penjelasan bagaimana cara member perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(b) Jelaskan
pentingnya perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(c) Ajarkan
cara memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(4) Keluarga
mampu memodifikasi rumah yang sehat
(a) Kaji
tingkat pengetahuan keluarga tentang bagaimana cara memodifikasi rumah sehat.
(b) Jelaskan
pentingnya rumah sehat.
(c) Ajarkan
memodifikasi rumah sehat.
(5) Keluarga
mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
(a) Kaji
pengetahuan keluarga tentang kerusakan pertukaran gas.
(b) Jelaskan
kerugian jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
(c) Jelaskan
manfaat fasilitas kesehatan yang ada.
(d) Ajarkan
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada seoptimal mungkin..
2) Bersihan
jalan napas tidak efektif (Nanda, 2009-2011: 356) adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan
bersihan jalan napas berhubungan dengan:
a)
Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan keluarga.
b)
Ketidakmampuan keluarga
membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c)
Ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
d)
Ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan.
e)
Ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan
umum : Mempertahankan jalan nafas pasien, dengan bunyi nafas bersih dan jelas.
Tujuan
khusus :
(1)
Keluarga mampu
mengetahui masalah kesehatan keluarga
Intervensi:
(a) Kaji
pengetahuan keluarga tentang bersihan jalan nafas tidak efektif.
(b) Jelaskan
proses terjadinya bersihan jalan nafas tidak efektif.
(c) Auskultasi
bunyi nafas, catat adanya mengi, ronhi, krekels.
(d) Beri
penyuluhan kesehatan dengan penguatan hal-hal yang penting dalam perawatan
untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
(2)
Keluarga mampu membuat
keputusan yang tepat
Intervensi
:
(a) Kaji
tingkat pengetahuan keluarga tentang pentingnya membuat keputusan yang tepat
untuk mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif.
(b) Jelaskan
tentang cara membuat keputusan yang tepat untuk mengatasi ketidakefektifan
bersihan jalan nafas.
(c) Ajarkan
cara membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah bersihan jalan nafas.
(d) Diskusikan
apa yang menjadi kendala dalam membuat keputusan.
(3)
Keluarga mampu memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Intervensi:
(a) Beri
penjelasan bagaimana cara memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(b) Jelaskan
pentingnya perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(c) Ajarkan
cara memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(d) Ajarkan
batuk efektif.
(4)
Keluarga mampu
memodifikasi rumah yang sehat.
Intervensi:
(a) Kaji
tingkat pengetahuan keluarga tentang bagaimana cara memodifikasi rumah sehat.
(b) Jelaskan
pentingnya rumah sehat
(c) Ajarkan
memodifikasi rumah sehat.
(d) Pertahankan
kelembaban udara inspirasi adekuat.
(5)
Keluarga mampu
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Intervensi :
(a) Kaji
pengetahuan keluarga tentang bersihan jalan nafas tidak efektif.
(b) Jelaskan
tentang kerugian jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
(c) Jelaskan
manfaat fasilitas kesehatan yang ada.
(d) Ajarkan
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan seoptimal mungkin.
3) Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Wilkinson, 2006: 317)
merupakan keadaan dimana individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan metabolik berhubungan dengan :
a) Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
b) Ketidakmampuan
keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c) Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan.
e) Ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan Umum : menunjukkan peningkatan berat
badan
menuju tujuan yang tepat.
Tujuan Khusus :
(1) Keluarga
mampu mengetahui masalah kesehatan
Intervensi :
(a) Kaji
tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian nutrisi yang tepat.
(b) Jelaskan
factor-faktor penyebab kebutuhan nutrisi yang kurang.
(c) Jelaskan
pentingnya pemberian nutrisi yang tepat
(d) Evaluasi
kemampuan untuk memproses dan menyiapkan makanan, keuangan, transportasi,
mobilitas, dan keterampilan manual.
(2) Keluarga
mampu membuat keputusan yang tepat
Intervensi :
(a) Kaji
pengetahuan dalam membuat keputusan tentang pemberian nutrisi yang tepat
(b) Jelaskan
pentingnya pengambilan keputusan tentang pemberian nutrisi yang tepat.
(c) Ajarkan
keluarga untuk membuat keputusan dalam pemberian nutrisi yang tepat.
(d) Negosiasikan
dengan keluarga tujuan masukan untuk setiap kali makan dan makan makanan kecil.
(3) Keluarga
mampu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Intervensi :
(a) Kaji
tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian perawatan pada anggota keluarga
dengan gangguan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh.
(b) Anjurkan
untuk menghidangkan makanan hangat dan sesuai selera.
(c) Bantu
dalam menentukan nutrisi yang tepat
(d) Aajarkan
keluarga dalam memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
(4) Keluarga
mampu mempertahankan rumah yang sehat
Intervensi :
(a) Kaji
pengetahuan keluarga dalam memodifikasi rumah yang sehat.
(b) Jelaskan
tentang manfaat rumah yang sehat.
(c) Bantu
dalam memodifikasi rumah yang sehat
(5) Keluarga
mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Intervensi :
(a) Jelaskan
tentang kegunaan fasilitas kesehatan
(b) Jelaskan
tentang kerugian jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatanyang ada
(c) Jelaskan
manfaat fasilitas kesehatan yang ada
(d) Anjurkan
untuk timbang berat badan setiap hari ditempat pelayanan kesehatan yang
terdekat.
4) Resiko
tinggi penyebaran infeksi pada orang lain (Carpenito, 2006 : 244) yaitu keadaan
dimana seorang individu beresiko
menyebarkan agens-agens pathogen atau oportunistik kepada orang lain berhubungan
dengan :
a) Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
b) Ketidakmampuan
keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c) Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan.
e) Ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan Umum : keluarga mampu mencegah penyebaran
infeksi
pada orang lain.
Tujuan Khusus :
(1) Keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan keluarga
Intervensi :
(a) Kaji
tingkat pengetahuan keluarga tentang penyebaran infeksi TB pada orang lain.
(b) Jelaskan
factor resiko yang terkait infeksi
(c) Jelaskan
cara penularan TB terhadap orang lain.
(d) Berikan
pendidikan kesehatan tentang pencegahan penularan penyakit TB.
(2) Keluarga
mampu membuat keputusan yang tepat
Intervensi :
(a) Kaji
pengetahuan keluarga tentang cara membuat keputusan
(b) Jelaskan
tentang resiko jika tidak mengambil tindakan secepatnya untuk mencegah
penyebaran infeksi.
(c) Jelaskan
resiko jika tidak membuat keputusan yang sesuai dalam mengenal penyebaran
infeksi
(d) Ajarkan
cara membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah penyebaran infeksi.
(3) Keluarga
mampu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Intervensi :
(a) Kaji
tingkat pengetauan keluarga tentang terjadinya penyebaran infeksi
(b) Jelaskan
cara mencegah penyebaran infeksi
(4) Keluarga
mampu memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.
Intervensi :
(a) Jelaskan
tentang pentingnya rumah sehat agar tidak terjadi penyebaran infeksi.
(b) Kaji
pengetahuan keluarga dalam memodifikasi rumah sehat.
(c) Anjurkan
agar rumah selalu bersih
(d) Ajarkan
tentang modifiksi rumah yang sehat
(5) Keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Intervensi :
(a) Anjurkan
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
(b) Kaji
tingkat pengetahuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
(c) Jelaskan
cara memanfaatkan fasilitas kesehatan
5) Kurang
pengetahuan (NANDA, 2009-2011: 2006) adalah ketiadaan atau defisiensi informasi
kognitif yang berhubungan dengan topic tertentu berhubungan dengan :
a) Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
b) Ketidakmampuan
keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c) Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan.
e) Ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan Umum : keluarga mampu
melakukan upaya
pencegahan TB paru
Tujuan khusus :
(1) Keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan
Intervensi :
(a) Kaji
pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru.
(b) Jalaskan
kepada keluarga tentang penyakit TB paru
(c) Jalaskan
kepada keluarga tentang proses terjadinya TB paru dengan bahasa yang mudah
dimengerti.
(d) Jelaskan
cara mencegah penyakit TB paru
(e) Jelaskan
cara mencegah serangan ulang TB paru
(2) Keluarga
mampu membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Intervensi :
(a) Diskusikan
tentang tindakan alternative yang ada untuk mencegah penyakit atau serangan
ulang.
(b) Bantu
keluarga dalam mengambil tindakan yang tepat.
(c) Ajarkan
cara membuat keputusan yang tepat
(3) Keluarga
mampu member perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Intervensi :
(a) Kaji
tingkat kemampuan keluarga dalam member perawatan pada keluarga yang mengalami
TB paru.
(b) Jelaskan
pada keluarga mengenai cara perawatan penyakit TB paru
(c) Bantu
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit TB paru
(d) Anjurkan
kepada keluarga supaya pasien dapat beristirahat yang cukup.
(4) Keluarga
mampu memodifikasi lingkungan yang sehat
Intervensi :
(a) Kaji
pengetahuan keluarga dalam menata lingkungan
(b) Jelaskan
pada keluarga cara menat a lingkungan yang sehat
(c) Anjurkan
kepada keluarga untuk menata lingkungan yang sehat
(d) Jelaskan
pentingnya rumah yang sehat
(e) Bantu
keluarga dalam memodifikasi lingkungan
(5) Keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
(a) Kaji
pengetahuan keluarga tentang cara memanfaatkan fasiitas kesehatan
(b) Jelaskan
cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
(c) Beritahu
keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
(d) Anjurkan
keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan
(e) Jelaskan
kerugian jika tidak menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
BalasHapus