LAPORAN
PENDAHULUAN
PADA
PASIEN DENGAN HEPATOMEGALI
OLEH:
M. DAVID
NUGROHO
0101433
AKADEMI
KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2012
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis
- Definisi
Hepatoma adalah tumor ganas hati
primer yang sering ditemukan (Soeparman, 1996 ; 310). Hepatoma adalah tumor
hati biasa bersifat maligna atau benigna (Brunner & Suddarth, 2002 ;
197).
Hepatoma adalah penyakit kanker hati
primer banyak ditemukan dibandingkan dengan kanker primer banyak ditemukan
dibandingkan dengan kanker primer lainnya. (www.yakita.co.id
/ karsinoma.hati.htm).
Hepatoma adalah kanker yang berasal dari
sel-sel hati (www.medicastore.com /
cybernet / detail pyk.php ? idktg.821 ddti-603).
Hepatoma adalah tumor ganas pada hati
yang paling sering dijumpai dan merupakan salah satu tumor ganas yang banyak
dijumpai dan merupakan salah satu tumor ganas yang banyak dijumpai didunia (www.kusaeni.com / blog / hepatoma,
what.is.it).
hepatoma adalah tumor ganas hati
primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya.
Misal limfoma, maligna, fibrosarkoma(www.kalbefarma.com/files/dck/files.08.105.hepatoma.
htm) . Hepatoma
adalah sejenis kanker yang jarang berlaku di dunia barat tetapi merupakan
antara beberapa jenis kanker yang biasanya menyerang penduduk Asia dan Afrika (www.infosehat.qoumy/penyakit.k.kanker
hati.htm).
- Klasifikasi
Karsinoma hati primer dibedakan atas adalah :
a.
Karsinoma yang berasal dari :
1)
Sel-sel hati disebut karsinoma hepatoseluler
2)
Sel-saluran empedu disebut karsinoma kolangiaseluler
3) Campuran kedua sel tersebut, kolangiohepatoma
b.
Karsinoma yang berasal dari
jaringan kulit
1) Fibrosarkoma
2) Limfotoma maligna
3) Leiomiosarkoma
4)
Hemangioma endotelioma maligna.
Secara makroskopis dibedakan atas :
1)
Tipe mosif
Biasanya dilobus kanan, batas tegas dapat disertai nodul
kecil disekitar massa
tumor, bisa dengan atau tanpa sirosis.
2)
Tipe nodular
Terdapat nodul-nodul tumor dengan ukuran bervariasi
tersebar diseluruh hati.
3)
Tipe Difus
Secara makroskopis sukar ditentukan daerah massa tumor.
(Soeparman, 1996 ; 310)
- Etiologi
Penyebab hepatoma belum diketahui
secara pasti, beberapa faktor yang diduga penyebabnya adalah :
-
Infeksi / penyakit kronik
akibat virus hepatitis sirosis.
-
Beberapa hepatotoksik terutama aflatoksin
yang berasal dari makanan yang tercemar aspergillus
flavus dan obat-obatan.
(Soeparman, 1996 ;
310)
-
Sirosis, hepatitis B serta C
-
Kontak dengan racun kimia misal
vinil klorida, arsen
-
Merokok
-
Alkohol
-
Aflatoksin atau karsinogen dalam preparat
herbal.
(Brunner & Suddarth, 2002 ; 1197)
- Patofisiologi
Tumor ganas primer ini berasal dari
sel parenkim atau epitel saluran empedu
dan mengalami sirosis hati khususnya jenis alkoholik dan postnekrotik. Pedoman
dignostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya dan penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati
mendadak. Tumor hati sering adalah metastasis tumor ganas dari tempat lain.
(Sylvia Price, 1996).
Kanker hati biasanya dengan riwayat
infeksi hepatitis B dan C atau penyakit hati kronik misalnya sirosis dan
terpajan ke karsinogen-karsinogen jenis tinggi, termasuk aflatoksin yang ditemukan pada kacang
atau jagung berjamur. Kanker hati primer dapat berasal dari hepatosit (karsinoma hepatoseluler) atau dari
duktus ampedu. Kanker hati sekunder timbul akibat metastasis kanker di bagian
tubuh lain misalnya usus dan pankreas yang mengalirkan darahnya ke hati melalui
vena porta. Kanker hati primer dan sekunder sering bermetastasis keluar hati
terutama jantung dan paru. Karena aliran darah dari hati mula-mula menyerang
kedua organ tersebut. (Corwin, 2001 ; 587).
- Komplikasi
a.
Perdarahan varises esofagus
b. Koma hepatik
c.
Koma hipoglikemia
d.
Ruptur tumor
e.
Metastase ke organ lain,
tersering ke paru.
(Mubin, 2001 ; 326)
- Penatalaksanaan
a.
Non Pembedahan
1)
Terapi Radiasi
a)
Suntikan antibodi intravena
secara khusus menyerang antigen yang berkaitan dengan adanya tumor.
b)
Penempatan perkutan sumber
berintensitas tinggi untuk terapi radiasi.
2)
Kemoterapi
a)
Kemoterapi sistemik dan infus
regional yang digunakan untuk pemberian preparat antineoplastik.
b) Suatu pompa yang dapat ditanam, digunakan untuk pemberian kemoterapi
dengan konsentrasi tinggi ke hepar melalui arteri
hepatika.
3) Drainase Bilier Perkutan
Digunakan untuk membupase duktus yang tersumbat melalui
hepar.
4)
Modalitas pengobatan yang
lainnya
a)
Hipertermia
b)
Bedah beku (cyrosurgery) dan terapi laser
c)
Embolisasi darah arteri ke
tumor.
d)
Immunoterapi ; limfosit dengan reaktivitas antitumor
diberikan pada pasien.
b.
Pembedahan
Lobektomi hepatik dapat dilakukan jika tumor hepatik primer adalah setempat atau jika
tempat primer dapat dieksisi secara keseluruhan dan metastasis dapat dibatasi.
Dengan kemampuan pada kapasitas regenerasi sel hepar, 90 % hepar telah dapat
diangkat dengan berhasil. Adanya sirosis menyebabkan keterbatasan kemampuan
dari hepar untuk regenerasi. (Boghman, 2000 ; 261).
B. Konsep Keperawatan
1.
Pengkajian data dasar
Data dasar adalah dasar untuk
mengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu
asuhan perawat untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah
kesehatan tertentu dengan kata lain data pengkajian harus relevan ( Potter,
2005 ; 144). Pengkajian meliputi :
a.
Biodata yang terdiri dari
identitas pasien dan penanggung jawab.
b.
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang meliputi beberapa
informasi seperti tanggal dan cara (tiba-tiba, bertahap) dimana terjadi
masalah, manifestasi masalah, gejala yang timbul seperti nyeri, perubahan biasa
buang air besar, perubahan nutrisi, sejalan dengan lokasi dan penyebaran (jika
nyeri), kualitas, keparahan dan durasi. Pada kasus penyakit hati, pengkajian
keperawatan awitan gejala dan riwayat faktor khususnya penggunaan alkohol dalam
jangka waktu lama dan jumlahnya, riwayat kontak dengan zat-zat toksik ditempat
kerja atau selama melakukan aktivitas, rekreasi pejanan dengan obat-obat
potensial bersifat hepatotoksik atau distensi abdomen, metaorismus, perdarahan gastrointestinal,
memar.
Riwayat kesehatan dahulu diperoleh
dari pengkajian apakah pasien pernah opname dirumah sakit dan saat usia berapa
pasien menderita penyakit tersebut. Apakah pasien juga riwayat kontak dengan
zat-zat toksik dan pejanan dengan obat-obat bersifat hepatotoksik atau obat anestesi.
Riwayat kesehatan keluarga dikaji
status kesehatan dan usia dan penyebab
kematian keluarga dan juga ditanyakan untuk mengidentifikasi penyakit yang
mungkin diturunkan dan menular atau berhubungan dengan lingkungan hidup.
(Brunner & Suddarth,
2002 ; 1100)
c.
Pengkajian Pola Fungsional
Dalam hal ini
penulis menggunakan konsep fungsional menurut Virginia Henderson (Harmer dan
Henderson, 1955) mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia, Handerson
(1964), mendefinisikan keperawatan sebagai membantu individu yang sakit dan
sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki konstribusi terhadap kesehatan
dan penyembuhannya dimana individu tersebut mampu mengerjakannya tanpa bantuan.
Bila ia memiliki kekuatan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini dilakukan
dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandirian secepat mungkin.
14 kebutuhan dasar Henderson memberikan kerangka kerja dalam melakukan
Asuhan Keperawatan.
1)
Bernafas dengan Normal .
2)
Kebutuhan akan nutrisi.
3)
Kebutuhan eliminasi.
4)
Gerak dan keseimbangan tubuh.
5)
Kebutuhan istirahat dan tidur.
6)
Kebutuhan berpakaian :
berpakaian dan melepas pakaian.
7)
Mempertahankan temperatur tubuh
dalam rentang normal
8)
Kebutuhan akan personal hygiene
(menjaga tubuh agar tetap bersih dan rapi).
9)
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
(menghindari bahaya dari lingkungan).
10)
Berkomunikasi dengan orang lain
dan mengekspresikan emosi, keinginan rasa takut dan pendapat.
11)
Kebutuhan spiritual.
12)
Kebutuhan bekerja.
13)
Kebutuhan bermain dan rekreasi.
14)
Kebutuhan belajar, menggali / memuaskan
rasa keingintahuan yang mengacu pada perkembangan penyakitnya.
(Potter , 2005)
d.
Pengkajian Fisik
Pada pengkajian fisik didapatkan pada
abdomen terjadi distensi abdomen,
serta meteorismus (kembung),
pendarahan gastrointestinal, memar.
Pada fokus pengkajian makanan dan cairan terjadi gejala anoreksia, mual atau
muntah sehingga terjadi penurunan berat badan yang ditandai berat badan turun,
perubahan kelembapan turgor kulit, oedema, berkurangnya masa otot. Mata pada
sklera terjadi ikterus.
(Brunner & Suddarth,
2002;1100)
2.
Clinical Pathways dan Fokus
Intervensi
a.
Clinical Pathways
b.
Fokus Intervensi
1)
Nyeri (Akut) berhubungan dengan
proses penyakit (kompresi / destruksi jaringan syaraf, infiltrasi saraf atau
suplai vaskularnya, obstruksi jenis saraf, inflamasi) efek samping berbagai
agen terapi saraf.
Tanda :
a)
Keluhan Nyeri.
b)
Distraksi atau perilaku
berhati-hati.
c)
Respons autonomik, gelisah.
Kriteria Hasil :
a)
Melaporkan penghilangan nyeri
maksimal.
b)
Mengikuti aturan farmakologis
yang ditentukan.
Intervensi :
a)
Tentukan riwayat nyeri.
b)
Evaluasi atau sadari terapu
tertentu misal : pembedahan radiasi, kemoterapy.
c)
Berikan tindakan kenyamanan
dasar dan aktivitas hiburan.
d)
Dorong penggunaan manajemen
nyeri (misal teknik relaksasi, virudisasi).
e)
Evaluasi penghilangan nyeri /
kontrol.
f)
Berikan analgetik sesuai
indikasi.
2)
Perubahan Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan permetabolik berkenaan dengan kanker,
konsekuensi kemoteapi radiasi. Pembedahan misalnya anoreksia, iritasi lambung,
mual.
Tanda :
a)
Keluhan masukan tidak adequat,
kehilangan minat pada makanan.
b)
Berat badan 20 % lebih di bawah
berat badan ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh.
c)
Diare / konstipasi.
Kriteria Hasil :
a)
Mendemonstrasikan berat badan
stabil penambahan berat badan.
b)
Pengungkapan pemahaman pengaruh
individu antara lain pada masukan adekuat.
Intervensi :
a)
Pantau masukan makanan setiap
hari
b)
Ukur tinggi, berat badank dan
ketebalan lipatan kulit trisep, timbang berat badan setiap hari atau sesuai
indikasi.
c)
Dorong pasien untuk makan diet
tinggi kaya nutrien dengan masukan cairan adequat.
d)
Dorong penggunaan suplemen dan
makan sering /lebih sedikit yang dibagi-bagi selama hari.
e)
Nilai diet sebelumnya dan
segera setelah pengobatan.
f)
Berikan cairan 1 jam sebelum
atau 1 jam setelah makan.
g)
Tinjau ulang pemeriksaan
laboratorium sesuai indiaksi.
h)
Berikan obat sesuai indikasi.
3)
Resiko tinggi terhadap
konstipasi berhubungan dengan iritasi mukosa G1 dari kemoterapi atau terapi
rdiasi. Malabsorbsi lemah, Masukan cairan buruk, diet rendah bulk, kurang
latihan, penggunaan opiat / narkotik.
Kriteria hasil :
a)
Mempertahankan konsistensi /
pola defekasi umum.
b)
Mengungkapkan pemahaman tentang
faktor dan intervensi yang tepat berkenaan dengan situasi individu.
Intervensi :
a)
Pastikan kebiasaan eliminasi
umum.
b)
Kaji bising usus dan pantau /
catat gerakan usus.
c)
Pantau masukan dan haluaran
serta berat badan.
d)
Dorong masukan cairan adekuat
(Mis, 2000 ml/24 jam) peningkatan serat diet.
e)
Berikan makan sedikit dan
sering dengan makanan rendahnya mempertahankan kebutuhan karbohidrat dan
protein.
f)
Pastikan diet yang tepat.
4)
Keletihan berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi, kebutuhan
psikologis / emosional. berlebihan, perusahaan kimia, tubuh, efek samping
obat-obatan kemoterapi.
Tanda, Gejala :
a)
Kekurangan energi yang tidak
terpenuhi berulang / berlebihan.
b)
Penurunan kinerja.
Kriteria Hasil :
a)
Melaporkan perbaikan rasa
berenergi.
b)
Melakukan AKS dan
berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat kemampuan.
Intervensi :
a)
Rencanakan perawatan untuk
memungkinkan periode istirahat.
b)
Libatkan pasien / orang terdekat dalam jadwal perencanaan.
c)
Dorong pasien melakukan apa
saja bila mungkin.
d)
Pantau repons fisiologis
terhadap aktivitas misal : (Perubahan TD atau frekuensi jantung.
e)
Berikan O2 suplemen sesuai
indikasi.
(Doenges, 2000 ; 1000-1010)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth (2002). Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 3. Volume 2. Jakarta : EGC
Price, Sylvia (2005). Patofisiologi : Konsep
Klinis proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC
Smelter, S.C., & Bare, B.G. (2006), Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. (2001). Buku saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Boughman C.D. (2000) Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
terimakasih buat artikelnya.. informasi yang sangat bermanfaat..
BalasHapushttp://tokoonlineobat.com/obat-penyakit-kanker-hati-alami/