MAKALAH
IMUNISASI
PADA ANAK
DISUSUN
OLEH :
M. DAVIED
NOEGROHO
0101433
AKADEMI KEPERAWATAN
NGUDI WALUYO
UNGARAN
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.wb
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat Tuhan YME yang masih diberi kesehatan dan hidayahNya. Terutama bagi
tim penyusun yang telah mampu menyelesaikan makalah ini dengan tanpa adanya
suatu alangan apapaun.
Ungkapan terimakasih kami haturkan semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan maklah ini terutama :
1.
Kapada Ibu
Siti Haryani Skep,Ns dan Ibu Eka Adimayanti Skep,Ns sekalu dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Anak yang telah memberikan ilmu-ilmunya kepada kita sehingga
makalah ini terselesaikan.
2.
Kepada
seluruh teman-teman semua yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan makalah ini.
3.
Dan
semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Makalah ini masih jauh dari sempurna untuk
itu sumbang saran yang membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan dan
kebaikan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penyusun pada khususnya.
Wassalamu’alaikum
Wr.wb
Ungaran, 3 Maret 2012
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PEDAHULUAN................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
............................................................................... 2
A.
Pengertian.................................................................................. .. 2
B.
Jenis-Jenis
Vaksin Yang Wajib..................................................... 2
C.
Jenis-Jenis
Vaksin Yang Di Anjurkan ......................................... 8
D.
Syarat
Pemberian Imunisasi.......................................................... 13
BAB III PENUTUP
......................................................................................... 16
A.
Kesimpulan................................................................................... 16
B.
Saran ............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEDAHULUAN
Di
Negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan
ada juga yang hanya di anjurkan, imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah
diwajibkan oleh WHO ditambah dengan hepatitis B. imunisasi yang hanya dianjurkan
oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa
atau penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu (bepergian) seperti
jamaah haji seperti imunisasi meningitis.
Pemberian
imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit
tertentu, kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa factor
diantaranya terdapat tingginya kadar antibody pada saat dilakukan imunisasi,
potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat
efektif dan tidaknya imusasi tersebut akan tergantung dari factor yang
mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.
Imunisasi
sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari berbagai
penyakit, diharakan anak atau bayi tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Pada
dasarnya dalam sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman
yang masuk dapat dicegah, pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan
nonpesifik dan pertahanan spesifik, proses mekanisme pertahanan dalam tubuh
pertama kali adalah pertahanan nonspesifik seperti coplemen dan makrofag di
mana koplemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran ketika
ada kuman yng masuk kedalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan pertahanan
yang ke dua yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari system humoral dan
selular. System pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip
dengan bentuknya. Sistem pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut
immunoglobulin (Ig A, IgM, Ig G, Ig E, Ig D) dan system pertahanan seluler
terdiri dari Limfosit B dan Limfosit T, dalam pertahanan spesifik selanjutnya
akan menghasilkan satu cell yang disebut sel memori, sel ini akan berguna atau
sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah masuk kedalam tubuh, kondisi
ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar membuat
tubuh dapat tercegah terhadap penyakit
tertentu.
Sedangkan yang dimaksud vaksin
adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan
ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui
mulut seperti vaksin polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah di harapkan anak
menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
B.
Jenis-Jenis
Vaksin Yang Wajib
1.
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC
yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk
TBC yang berat seperti TBC selaput otak , TBC Milier (pada seluruh lapangan
paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman
TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali
dan pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan, akan tetapi pada umumnya
diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG
melalui intrdermal, efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah
suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional, dan reaksi panas.
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir
sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi
berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian
imunisasi ini “berhasil,” maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan
timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi
perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah
suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam (Theophilus, 2000).
Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkn dengan 4 cc NaCl 0,9%.
Setelah dilarutkan harus segera diapakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang.
Penyimpana pada suhu < 5ºC terhidar dari sinar matahari.
2.
Imunisasi DPT (Dipteri, Pertusis,
dan Tetanus)
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin yang melindungi terhadap difteri,
pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri yang menyerang temggorokan
dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Penyakit ini mudah
menular melalui batuk atau bersin. Pertusis (batuk rejan) adalah
infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang
menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis juga dapat menimbulkan
komplikasi serius, seperti peneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus
adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin ini diberikan 5 kali pada usia 2,4,6,18, bulan dan 5 tahun.
Cara pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular. Efek samping pada DPT
mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti pembengkakan dan
nyeri pada tempat penyuntikan, demam. Sedangkan efek berat dapat menangis hebat
kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati,
dan shock.
3.
POLIO
Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Penykit ini
disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi. Anak
yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layu. Vaksin polio ada dua jenis,
yakni:
a. Inactived
Poliomyelitis Vaccine (IPV)
Di Indonesia, meskipun sudah tersedia tetapi Vaksin Polio Inactivated atau
Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV) belum banyak digunakan. IPV dihasilkan
dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakkan, kemudian dibuat tidak
aktif (inactivated) dengan pemanasan atau bahan kimia. Karena IPV tidak hidup
dan tidak dapat replikasi maka vaksin ini tidak dapat menyebabkan penyakit
polio walaupun diberikan pada anak dengan daya tahan tubuh yang lemah. Vaksin
yang dibuat oleh Aventis Pasteur ini berisi tipe 1,2,3 dibiakkan pada sel-sel
VERO ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formadehid
b. Oral
Polio Vaccine (OPV)
Jenis vaksin Virus Polio Oral atau Oral Polio Vaccine (OPV) ini paling
sering dipakai di Indonesia. Vaksin OPV pemberiannya dengan cara meneteskan cairan
melalui mulut. Vaksin ini terbuat dari virus liar (wild) hidup yang dilemahkan.
OPV di Indonesia dibuat oleh PT Biofarma Bandung. Komposisi vaksin tersebut
terdiri dari virus Polio tipe 1, 2 dan 3 adalah suku Sabin yang masih hidup
tetapi sudah dilemahkan (attenuated). Vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan
ginjal kera dan distabilkan dalam sucrosa. Tiap dosis sebanyak 2 tetes
mengandung virus tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 serta antibiotika eritromisin tidak
lebih dari 2 mcg dan kanamisin tidak lebih dari 10 mcg.
Virus dalam vaksin ini setelah diberikan 2 tetes akan menempatkan diri di
usus dan memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun dalam dinding luar
lapisan usus yang m engakibatkan pertahan
lokal terhadap virus polio liar yang akan masuk. Pemberian Air susu ibu tidak
berpengaruh pada respon antibodi terhadap OPV dan imunisasi tidak bioleh
ditunda karena hal ini. Setelah diberikan dosis pertama dapat terlindungi
secara cepat, sedangkan pada dosis berikutnya akan memberikan perlindungan jangka
panjang. Vaksin ini diberikan pada bayi baru lahir, 2,4,6,18,
bulan, dan 5 tahun.
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah
anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5
hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang yang beredar, dan di Indonesia yang umum
diberikan adalah vaksin sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya
melalui mulut. Dibeberapa Negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT
dan polio. Imunisasi dasar diberika sejak anak baru lahir atau berumur beberapa
hari atau selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat
dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulang
diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT, pmberian imunisasi polio dapat
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis. Imunisasi polio
Imunnisasi ulang dapt diberikan sebelum anak masuk sekolah (5-6 tahun) dan
saat meninggalkan sekolah dasar (12 thun). Cara memberikan imunisasi polio
adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung ke dalam
mulut anak. Imunisasi ini jangan diberika pada anak yang sedang diare berat,
efek samping yng terjai sangat minimal dapat berupa kejang.
4.
Imunisasi
Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu
kali. Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9 – 11 bulan. Cara
pemberian imunisasi campak melalui subkutan kemudian efek sampingnya
adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.
Imunisasi campak diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit
campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin campak diberikan pada umur sembilan bulan, dalam satu dosis 0,5 ml
subkutan dalam (IDAI, 2001)
Vaksin campak harus didinginkan. pada suhu yang sesuai (dua sampai delapan
derajat celcius) karena sinar matahari atau panas dapat membunuh virus vaksin
campak. Bila virus vaksin mati sebelum disuntikkan, vaksin tersebut tidak akan
mampu menginduksi respon imun (Wahab dan Julia, 2002).
Imunisasi campak hanya diberikan satu kali suntikan, dimana tubuh anak
dirangsang untuk membuat antibody yang menimbulkan kekebalan (Dirjen PPM dan
PL, 2000). Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi, mungkin terjadi
demam ringan dan tampak sedikit bercak merah pada pipi dibawah telinga pada
hari ke tujuh sampai hari ke delapan setelah penyuntikan. Mungkin pula terdapat
pembengkakan pada tempat suntikan. Efek samping imunisasi
campak diantaranya adalah demam tinggi (suhu lebih dari 39,4ºC) yang terjadi
delapan sampai sepuluh hari setelah vaksinasi dan berlangsung selama sekitar 24
48 jam (insidens sekitar dua persen), dan ruam selama sekitar satu sampai dua
hari (insidens sekitar dua persen) (Wahab dan Julia, 2002).
Kontra indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak yang
sakit parah, menderita TBC tanpa pengobatan, defisiensi gizi, penyakit gangguan
kekebalan, riwayat kejang demam, panas lebih dari 38ºC (Markum, 2002).
a. Usia
& Jumlah Pemberian:
Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun.
Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari
ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia
balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia
12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
b. Efek
Samping:
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare,
namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga
terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
5.
Imunisasi
Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinyha penyakit hepatitis
yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair, HBsAg (hepatitis B
surface antigen) adalah protein yang dilepaskan oleh virus hepatitis B yang
sedang menginfeksi tubuh. Karena itu, protein ini dapat digunakan sebagai
penanda atau marker terjadinya infeksi hepatitis B Frekuensi pemberian
imunisasi hepatitis 3 kali, waktu pemberian hepatitis B pada umur 0-11 bulan.
Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intra muskular.
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis
B. vaksin terbuat dari bagian virus bepatitis B yang dinamakan HbsAg, yang
dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit (Markum, 2002)
Vaksin hepatitis akan rusak karena pembekuan, juga karena pemanasan. Vaksin
hepatitis paling baik di simpan pada temperatur dua sampai delapan derajat
celcius. Imunisasi hepatitis B diberikan sebanyak tiga kali, dengan jarak antar
suntikan empat minggu, diberikan dengan suntikan intramusculer pada paha bagian
luar dengan dosis 0,5 ml (Dirjen PPM dan PL, 2000).
Efek samping pemberian imunisasi Hepatitis B diantaranya rasa sakit pada
area suntikan yang berlangsung satu atau dua hari, demam ringan dan reaksi
alergi yang serius termasuk ruam (Cave & Mitchell, 2003).
a.
Jumlah Pemberian:
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua,
kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
b.
Usia Pemberian:
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi
stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1
bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB,
selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga
diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu
sebelum berusia 24 jam
C. Jenis-Jenis Vaksin Yang Di Anjurkan
1.
Hib
Imunisasi
Hib membantu mencegah infeksi oleh haemophilus influenza tipe b yang disebabkan
oleh bakteri. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis(radang
selaput otak), pneumonia (radang paru) dan infeksi tenggorokan.
Vaksin ini diberikan 4 kali pada usia 2,4,6 dan 15-18 bulan.
a.
Dosis 0,5 ml diberikan Intra Muskular
b.
Vaksin dlam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut
dalam semprit
c.
Disimpan pada suhu 2-8ºC
d.
Imunisasi Hib diberikan secara suntikan dibahagian
otot paha.
e.
Imunisasi ini diberikan dalam satu suntikan
bersama imunisasi Difteria, Pertussis dan Tetanus (DPT). Juga boleh
diberikan bersama imunisasi lain seperti imunisasi Hepatitis B.
2.
Imunisasi Pneumokokus (PCV)
Jenis imunisasi ini tergolong baru di Indonesia. PCV atau Pneumococcal
Vaccine alias imunisasi pneumokokus memberikan kekebalan terhadap serangan
penyakit IPD (Invasive Peumococcal Diseases), yakni meningitis (radang selaput
otak), bakteremia (infeksi darah), dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit
ini disebabkan kuman Streptococcus Pneumoniae atau Pneumokokus yang
penularannya lewat udara. Gejala yang timbul umumnya demam tinggi, menggigil,
tekanan darah rendah, kurang kesadaran, hingga tak sadarkan diri. Penyakit IPD
sangat berbahaya karena kumannya bisa menyebar lewat darah (invasif) sehingga
dapat memperluas organ yang terinfeksi.
3.
Vaksin Influenza
Dapat diberikan setahun sekali sejak umur 6 bulan. Vaksin ini dapat terus
diberikan hingga dewasa.
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh
virus influenza, yang menyerang saluran pernafasan, virus influenza menyebabkan
kerusakan sel-sel selaput lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat
mudah terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang menyebabkan radang
paru(pneumoni) yang berbahaya.
a.
Usia & Jumlah Pemberian:
Dapat diberikan sejak usia 6 bulan yang kemudian diulang setiap tahun,
lantaran vaksinnya hanya efektif selama 1 tahun.
b.
Efek Samping:
Muncul demam ringan antara 6-24 jam setelah suntikan. Atau, muncul reaksi
lokal seperti kemerahan di lokasi bekas suntikan. Namun tidak usah khawatir
karena reaksi tersebut akan hilang dengan sendirinya.
c.
Tanda Keberhasilan:
Sulit dilihat karena tidak kasat mata.
d.
Tingkat Kekebalan:
Sebagaimana imunisasi lainnya, tingkat proteksi tak sampai 100%. Terlebih
pada penyakit influenza, ada kemungkinan virus yang beredar di masyarakat sudah
mengalami mutasi (perubahan sifat), atau jenis virus yang sedang menginfeksi
anak tak dapat dicegah oleh vaksin influenza yang diberikan.
4.
MMR
Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps
(gondongan/parotitis), Measles (campak), dan Rubella (campak Jerman). Terutama
buat anak perempuan, vaksinasi MMR sangat penting untuk mengantisipasi
terjadinya rubela pada saat hamil. Sementara pada anak lelaki, nantinya vaksin
MMR mencegah agar tak terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin
sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat menyebabkan kecacatan pada janin.
MMR merupakan pengulangan vaksin campak, ditambah dengan Gondongan dan Rubela
(Campak Jerman). Diberikan saat anak usia 15 bulan dan diulang saat anak berusia
6 tahun. Reaksi dari vaksin ini biasanya baru muncul tiga minggu setelah
diberikan, berupa bengkak di kelenjar belakang telinga. Untuk mengatasinya,
berikan anak obat penghilang nyeri. Patut diperhatikan, jangan langsung membawa
pulang anak setelah ia diimunisasi MMR. Tunggulah hingga 15 menit, sehingga
jika timbul suatu reaksi bisa langsung ditangan
Diberikan 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan 6 tahun. Jika belum mendapat
imunisasi campak di usia 9 bulan, maka MMR dapat diberikan di usia 12 bulan,
dan diulangi pada umur 6 tahun.
Efek
Samping:
Beberapa hari setelah diimunisasi, biasanya anak mengalami demam, timbul
ruam atau bercak merah, serta terjadi pembengkakan di lokasi penyuntikan.
Namun tak perlu khawatir karena gejala tersebut berlangsung sementara saja.
Demamnya pun dapat diatasi dengan obat penurun panas yang dosis pemakaiannya
sesuai anjuran dokter.MMR = Gondongan, Campak, & Campak Jerman
a.
Gondongan
Penyakit infeksi akut akibat virus mumps ini sering menyerang anak-anak,
terutama usia 2 tahun ke atas sampai kurang lebih 15 tahun. Ada beberapa lokasi
yang diserang seperti kelenjar ludah di bawah lidah, di bawah rahang, dan di
bawah telinga (parotitis). Masa inkubasi sekitar 14-24 hari setelah penularan
yang terjadi lewat droplet. Awalnya muncul demam (bisa sampai 39,50C), disertai
pusing, mual, nyeri otot atau pegal terutama di daerah leher, lesu dan lemah.
Sehari kemudian tampak bengkak di bawah telinga sebelah kanan dan kemudian
menjalar ke sebelahnya
Karena gondongan bersifat self-limiting disease (sembuh sendiri tanpa
diobati), pengobatan dilakukan sesuai gejala simptomatik. Disamping
meningkatkan daya tahan tubuh dengan asupan makanan bergizi dan cukup istirahat.
Biasanya dokter juga akan memberi antibiotik untuk mencegah terjadi infeksi
kuman lain. Sebenarnya, jika daya tahan tubuh bagus, anak tak akan tertular.
Dan jika sudah sekali terkena, gondongan tak akan berulang.
b.
Campak Jerman
Campak Jerman atau rubella berbeda dari campak biasa. Pada anak, campak
Jerman jarang terjadi dan dampaknya tak sampai fatal. Kalaupun ada biasanya
terjadi pada anak yang lebih besar, sekitar usia 5-14 tahun. Hanya gejalanya
yang hampir sama seperti flu, batuk, pilek dan demam tinggi. Nafsu makan
penderita juga biasanya menurun karena terjadi pembengkakan limpa. Namun,
bercak merah yang timbul tak sampai parah dan cepat menghilang dalam waktu 3
hari.
5.
Tifoid
Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral
(Vivotif) dan vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal demam
tifoid alias penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri
Salmonella typhi. Bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan
kumuh, dan makanan-minuman yang tidak higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu
menyerang tubuh, terutama saluran cerna.
Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh yang
berangsur-angsur meningkat setiap hari, bisa sampai 400c. Biasanya di pagi hari
demam akan menurun tapi lalu meningkat di waktu sore/malam. Gejala lainnya
adalah mencret, mual berat, muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit
perut, terkesan acuh tak acuh bahkan bengong, dan tidur pasif (tak banyak
gerak). Pada tingkat ringan atau disebut paratifus (gejala tifus), cukup
dirawat di rumah. Anak harus banyak istirahat, banyak minum, mengonsumsi
makanan bergizi, dan minum antibiotik yang diresepkan dokter. Tapi kalau berat,
harus dirawat di rumah sakit. Penyakit ini, baik ringan maupun berat, harus
diobati hingga tuntas untuk mencegah kekambuhan. Selain juga untuk menghindari
terjadi komplikasi karena dapat berakibat fatal.
Namun pencegahan tetaplah yang terbaik, terlebih Indonesia merupakan negara
endemik penyakit tifus.
a.
Pemberian imunisasi
Vaksin suntikan diberikan satu kali kepada anak umur 2 tahun dan diulang
setiap 3 tahun. Pengulangan ini perlu mengingat serangan penyakit tifus bisa
berulang, ditambah banyaknya lingkungan yang tidak higienis dan kurang
terjaminnya makanan yang dikonsumsi anak
Sementara
vaksin oral diberikan kepada anak umur 6 tahun atau lebih.
b.
Efek samping
Kemerahan di tempat suntikan. Juga bisa muncul demam, nyeri kepala/pusing,
nyeri sendi, nyeri otot, nausea (mual), dan nyeri perut Umumnya berupa bengkak,
nyeri, ruam kulit, dan (jarang dijumpai). Efek tersebut akan hilang dengan
sendirinya.
6.
Imunisasi varisela
Berfungsi memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai
dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, komplikasinya infeksi kulit dan bisa
infeksi di otak. Vaksin ini diberikan pada anak usia 1-13 tahun 1 kali dan
lebih dari 13 tahun 2 kali.
Vaksin varicella (vaRiLirix) berisi virus hidup strain OKA yang dilemahkan.
Bisa diberikan pada umur 1 tahuh , ulangan umur 12 tahun. Vaksin diberikan
secara subcutan penyimpanan suhu 2-8ºC
Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken pox, penyakit yang
disebabkan virus varicella zooster. Termasuk penyakit akut dan menular, yang
ditandai dengan vesikel (lesi/bintik berisi air) pada kulit maupun selaput
lendir. Penularannya sangat mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara
yang keluar saat penderita meludah, bersin, atau batuk. Namun yang paling
potensial menularkan adalah kontak langsung dengan vesikel, yaitu ketika mulai
muncul bintik dengan cairan yang jernih. Setelah bintik-bintik itu berubah jadi
hitam, maka tidak menular lagi.
Awalnya, anak mengalami demam sekitar 3-7 hari tapi tidak tinggi. Barulah
kemudian muncul bintik-bintik. Meski dapat sembuh sendiri, anak tetap perlu
dibawa ke dokter. Selain untuk mencegah bintik-bintik tidak meluas ke seluruh
tubuh, juga agar tak terjadi komplikasi yang bisa berakibat fatal. Sebaiknya
penderita dipisahkan dari anggota keluarga lainnya untuk mencegah penularan.
Minta anak untuk tidak menggaruk agar tak menimbulkan bekas luka. Atasi rasa
gatalnya dengan bedak yang mengandung kalamin. Tingkatkan daya tahan tubuhnya
dengan asupan makanan bergizi.
7.
Hepatitis A
Imunisasi inidapat diberikan pada anak usia di atas 2 tahun. Immunisasi
diberikan pada daerah kurang terpajan, pada anak umur > 2 tahun, Immunisasi
dasar 3x pada bulan ke 0, 1, dan 6 bulan kemudian, dosis vaksin
(Harvix-inactivated virus strain HM 175) 0,5 ml secara IM di daerah deltoid.
Reaksi yang terjadi kadang demam, lelah, lesu, mual dan hilang nafsu
makan. Efek samping Umumnya, tak menimbulkan reaksi. Namun,
meski sangat jarang, dapat muncul rasa sakit pada bekas suntikan, gatal, dan
merah, disertai demam ringan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari
D. Syarat
Pemberian Imunisasi
Paling utama adalah anak yang akan
mendapat imunisasi harus dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi
itu merupakan pemberian virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian
dari bakteri ke dalam tubuh, dan kemudian menimbulkan antibodi (kekebalan).
Nah, untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi fit. Jika
anak dalam kondisi sakit maka kekebalan yang terbentuk tidak bagus.
Imunisasi tidak boleh
diberikan hanya pada kondisi tertentu misalkan anak mengalami kelainan atau penurunan daya
tahan tubuh misalkan gizi buruk atau penyakit HIV/AIDS atau dalam penggunaan
obat obatan steroid, anak diketahui mengalami reaksi alergi berat terhadap
imunisasi tertentu atau komponen imunisasi tertentu.
Umur
|
Vaksin
|
Keterangan
|
Saat lahir
|
Hepatitis B-1
|
HB-1 harus diberikan dalam waktu
12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status
HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml
bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui
dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif
maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
|
Polio-0
|
Polio-0 diberikan saat kunjungan
pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi
dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)
|
|
1 bulan
|
Hepatitis B-2
|
Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan,
interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
|
0-2 bulan
|
BCG
|
BCG dapat diberikan sejak lahir.
Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
|
2 bulan
|
DTP-1
|
DTP-1 diberikan pada umur lebih
dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara
kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
|
Hib-1
|
Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan
dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan DTP-1.
|
|
Polio-1
|
Polio-1 dapat diberikan bersamaan
dengan DTP-1
|
|
4 bulan
|
DTP-2
|
DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat
diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
|
Hib-2
|
Hib-2 dapat diberikan terpisah
atau dikombinasikan dengan DTP-2
|
|
Polio-2
|
Polio-2 diberikan bersamaan dengan
DTP-2
|
|
6 bulan
|
DTP-3
|
DTP-3 dapat diberikan terpisah
atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).
|
Hib-3
|
Apabila mempergunakan Hib-OMP,
Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan
|
|
Polio-3
|
Polio-3 diberikan bersamaan dengan
DTP-3
|
|
Hepatitis B-3
|
HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk
mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan,
terbaik 5 bulan.
|
|
9 bulan
|
Campak-1
|
Campak-1 diberikan pada umur 9
bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila
telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
|
15-18 bulan
|
MMR
|
Apabila sampai umur 12 bulan belum
mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
|
Hib-4
|
Hib-4 diberikan pada 15 bulan
(PRP-T atau PRP-OMP).
|
|
18 bulan
|
DTP-4
|
DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1
tahun setelah DTP-3.
|
Polio-4
|
Polio-4 diberikan bersamaan dengan
DTP-4.
|
|
2 tahun
|
Hepatitis A
|
Vaksin HepA direkomendasikan pada
umur > 2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
|
2-3 tahun
|
Tifoid
|
Vaksin tifoid polisakarida injeksi
direkomendasikan untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida
injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
|
5 tahun
|
DTP-5
|
DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun
(DTwp/DTap)
|
Polio-5
|
Polio-5 diberikan bersamaan dengan
DTP-5.
|
|
6 tahun.
|
MMR
|
Diberikan untuk catch-up
immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1.
|
10 tahun
|
dT/TT
|
Menjelang pubertas, vaksin tetanus
ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.
|
Varisela
|
Vaksin varisela diberikan pada
umur 10 tahun.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi
dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar membuat tubuh dapat tercegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud vaksin
adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan
ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui
mulut seperti vaksin polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah di harapkan anak
menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
B.
Saran
Jadi jika kita mempunyai anak sebaiknya
kita lakukan pemberian vaksin secara teratur dari kecil / balita baru lahir
sampai ketentuan dan lakuakanlah susui anjuran dan program .
DAFTAR PUSTAKA
Herdman,
T. Hesther.2009. NANDA International
Nursing Diagnosis: definition &
Classification 2009-2011.Singapura: Markono Print Media Pte Ltd
Classification 2009-2011.Singapura: Markono Print Media Pte Ltd
Hidayat,
Aiziz Alimul. Pengantar Ilmu keperawatan
Anak. Buku 1. jakarta: Salemba
Johnson,
Marion, dkk.2000. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Amerika :
Library Of Congress Cataloging-in-Publication Data
Library Of Congress Cataloging-in-Publication Data
Marimbi,
Hanung. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Nuha
Medika : Yogyakarta
McCloskey
& bulechek. 1996. Nursing
Interventions Classificatio (NIC). Amerika:
Graphic World,Inc
Graphic World,Inc